Rabu, 01 Maret 2017

Laporan Praktikum PENGUJIAN PESTISIDA PAKAN

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 (yang dikutip oleh Djojosumarto, 2008) Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus. Pestisida memiliki fungsi sebagai berikut :
·         Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman atau hasil-hasil pertanian.
·         Memberantas rerumputan.
·         Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk.
·         Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan ternak.
·         Memberikan atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan, memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
Salah satu faktor penting dalam pengembangan pestisida adalah aktivitas pengujian. Secara umum, tujuan pengujian adalah untuk mengetahui keaktifan dan keasaman calon pestisida atau pestisida terpilih. Berdasarkan hasil pengujian ini, senyawa calon pestisida akan dikembangkan menjadi pesisida terpilih. Pestisida terpilih akan dikembangkan menjadi pestisida komersial, dan pestisida komersial kemudian akan diuji secara rutin sebagai evaluasi penggunaannya di masa yang akan datang, terutama setelah lima tahun penggunaannya di masa yang akan datang, terutama setelah lima tahun penggunaan secara komersial. Secara spesifik pengujian pestisida adalah untuk mengetahui toksisitas pestisida, antara lain LD50, LC50, LT50, KD50, KC50, TLM, NOEL, ADI, dll. Uji keamanan pestisida yang dilakukan meliputi selektivitas, persistensi residu, dampak negatif, dll. Berdasarkan lokasi atau tempat pengujian, pengujian pestisida dapat dilakukan di laboratorium, Rumah Kaca, dan Lapangan.
Pestisida berdasarkan cara masuknya digolongkan menjadi racun kontak, racun pernafasan, dan racun lambung, atau racun perut. Racun kontak merupakan pestisida yang bekerja dengan masuk ke dalam tubuh serangga sasaran lewat kulit (kutikula) dan ditransportasikan ke bagian tubuh serangga tempat pestisida aktif bekerja. Racun pernafasan (fumigan) merupakan pestisida yang dapat membunuh serangga dengan bekerja lewat sistem pernapasan.
 Racun lambung atau perut adalah pestisida yang membunuh serangga sasaran dengan cara masuk ke pencernaan melalui makanan yang mereka makan. Mekanismenya adalah pestisida akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang mematikan sesuai  dengan jenis bahan aktif insektisida. Oleh  karena itu, serangga harus memakan tanaman yang sudah disemprot insektisida yang mengandung residu dalam jumlah yang cukup untuk membunuh (Ditjenbun 2013). Pada praktikum kali ini kami mengujikan efektivitas pestisida racun lambung pada serangga melalui pakannya.

1.2 Tujuan Praktikum

Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat memahami :

1.      Cara pengujian pestisida lracun lambung.
2.      Pengaruh pestisida racun lambung terhadap organisma uji.
3.      Menentukan konsentrasi yang paling efektif.

II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Tempat dan Waktu

Tempat : di Laboratorium Entomologi, Gedung Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Waktu   : Rabu, 9 November 2016

2.2 Bahan dan alat

·         Alat
-          Gelas ukur
-          Timbangan
-          Petridish
-          Micropipet
-          Label dan alat tulis
-          Lembar jurnal
·         Bahan
-          Insektisida lambung
-          Pakan serangga (jagung pecah)
-          Pelarut (air)
-          Serangga uji (kutu beras)

2.3 Cara Praktikum

1.      Melaksanakan praktikum secara berkelompok
2.      Menyiapkan 6 macam konsentrasi insektisida yang dicampurkan dengan pakan (jagung pecah), yaitu dengan konsentrasi 0% (kontrol); 0,25%; 0,5%; 1%; 2%; dan 4%.
3.      Menyiapkan pakan serangga berupa jagung pecah sebanyak 2 gram, kemudian memberi beberapa konsentrasi pestisida pada pakan tersebut.
4.      Memasukkan pakan serangga yang telah diberi insektisida ke dalam petridish sesuai dengan konsentrasinya.
5.      Memasukkan 20 ekor serangga uji ke tiap petridish yang telah diberi pakan serangga.
6.      Mengamati perilaku serangga uji pada tiap petridish setelah 30 menit.
7.      Mengamati mortalitas serangga uji 3 x 24 jam.



III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, pestisida yang digunakan adalah Curacron 500 EC dengan bahan aktif Profenofor 500 gr/l. Curacron 500 EC digolongkan kedalam golongan  pestisida yang masuk sebagai racun perut atau racun lambung. Perusakan sistem pencernaan jika bahan aktif tersebut tertelan merupakan mekanisme dari racun perut atau racun lambung (Hudayya dan Jayanti, 2012). Melalui uji pakan ini diharapkan dapat diketahui konsentrasi yang dinilai efektif dalam membunuh serangga uji.
Table 1. Hasil pengamatan perilaku dan mortalitas serangga pada menit ke 30 setelah perlakukan
No
Perlakuan (Konsentrasi)
Perilaku
Serangga
Mortalitas
1
0%
(Kontrol)
Serangga masih bergerak aktif secara keseluruhan
0%
2
0,25%
(0,075 gr)
Sebagian besar serangga masih bergerak aktif
0%
3
0,5%
(0,15 gr)
Sebagian besar serangga masih bergerak aktif, beberapa mulai melemah
0%
4
1%
(0,3 gr)
Sebagian serangga terlihat melemah dan sebagian lagi masih bergerak aktif
0%
5
2%
(0,6 gr)
Sebagian besar serangga terlihat lemas dan beberapa masih terlihat bergerak aktif
0%
6
4%
(1,2 gr)
Pergerakan serangga makin melemah dan terlihat sangat pasif
0%
Berdasarkan data pada Tabel 1., pada perlakuan dengan konsentrasi pestisida 0% atau kontrol, serangga yang diujikan masih terlihat normal tidak menunjukkan gejala apapun. Hal ini dikarenakan pada perlakuan kontrol, pakan tidak mengandung atau tidak terdapat campuran pestisida di dalamnya sehingga tidak menimbulkan efek apapun pada serangga uji. Pada perlakuan lainnya, dapat dilihat bahwa serangga uji yang mengkonsumsi pakan yang telah dicampur pestisida tersebut mengalami gejala atau efek berupa tubuh yang mulai melemah dan tidak bergerak secara aktif. Terlihat pada perlakuan dengan konsentrasi 0,5%, 1%, 2%, dan 4% bahwa beberapa serangga mulai melemah bahkan sebagian besar tidak bergerak aktif.
Table 2. Hasil pengamatan terhadap mortalitas serangga uji
No
Perlakuan (Konsentrasi)
Mortalitas (%)
I
II
III
1
0% (0 gr)
0
0
0
2
0,25% (0,075 gr)
0
100
100
3
0,5% (0,15 gr)
0
100
100
4
1% (0,3 gr)
0
100
100
5
2% (0,6 gr)
0
75
100
6
4% (1,2 gr)
0
55
85
Hasil pengamatan pada Tabel 2. menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0% atau kontrol tidak berpengaruh sama sekali terhadap serangga uji, sehingga didapati tingkat mortalitasnya 0%. Sedangkan pada konsentrasi 0,25%, 0,5%, dan 1% dirasa cukup efektif untuk mengendalikan atau membunuh serangga hama uji karena dapat menyebabkan mortalitas sebanyak 100% pada hari pengamatan ke-2 dan konsentrasi 2% menyebabkan kematian sebanyak 100% pada hari pengamatan ke-3. Konsentrasi ini membunuh serangga dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil yang didapat pada perlakuan dengan konsentrasi yang cukup tinggi yaitu konsentrasi 2% dan 4%. Pada konsentrasi ini pada hari terakhir pengamatan masih didapati serangga yang bertahan hidup, diduga hal tersebut terjadi akibat adanya kesalahan pada saat melakukan prosedur pelaksanaan percobaan sehingga hasil yang didapat tidak sesuai.
Faktor lain yang dapat menyebabkan fenomena ini mungkin bisa dilihat dari beberapa kasus khusus pada bahan aktif pestisida tertentu yang menunjukkan bahwa tingginya konsentrasi pestisida tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat mortalitas hama. Kasus ini ditemukan senyawa acetogenin pada buah Sirsak. Menurut penelitian Septerina, 2002, pada konsentrasi yang tinggi, senyawa tersebut memiliki keistimewaan sebagai anti-feedant. Sifat anti-feedant tersebut dapat menyebabkan serangga kehilangan nafsu untuk mengkonsumsi suatu bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, senyawa tersebut dapat bersifat sebagai racun perut yang dapat menyebabkan kematian pada serangga. Serangga yang diujikan bisa saja merasa tidak bergairah untuk memakan pakan yang diujikan, sehingga racun tidak termakan dan tidak dapat membunuh serangga hama yang diujikan tersebut.

I. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Konsentrasi paling efektif dalam menekan populasi serangga adalah larutan insektisida dengan konsentrasi 0,25%, 0,5%, dan 1% berdasarkan waktu dan tingkat mortalitasnya. Sedangkan konsentrasi 2% efektif dari kriteria tingkat mortalitasnya saja. Pada praktikum kali ini tingkat konsentrasi tidak berbanding lurus dengan tingkat mortalitas. Hal ini dapat disebabkan oleh human error maupun kasus khusus seperti munculnya mekanisme anti-feedant.
4.2 Saran
·         Ketelitian dan keakuratan saat percobaan perlu ditingkatkan saat praktikum, sehingga data yang dihasilkan juga akurat
·         Pengamatan harus dilakukan sesuai waktu yang ditentukan sehingga tidak ada missing link saat mengolah data maupun penarikan kesimpulan.

II. DAFTAR PUSTAKA

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Pengenalan Insektisida. Tersedia pada: http://ditjenbun.pertanian.go.id/ bbpptp medan/berita-183-seri- pengenalan-pestisida.html.
Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya, Agromedia Pustaka : Jakarta
Hudayya, A Hadis, J. 2012. Pengelompokkan Pestisida Berdasarkan Cara Kerjanya (Mode of Action). Yayasan Bina Tani Sejahtera. Bandung.
Septerina, N, G. 2002. Pengaruh ekstrak daun sirsak sebagai insektisida rasional terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman paprika varietas. Institut Teknologi Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar