1. Pertanaman
padi di daerah Indramayu dan Cirebon sering terjadi epidemi penyakit kerdil
hampa dan kerdil rumput, sementara di daerah Tasikmalaya atau Garut epedemi
seperti itu relatif jarang terjadi
-
Jelaskan
mengapa hal tersebut dapat terjadi
Hal tersebut dapat
terjadi karena perbedaan agroekosistem dan lingkungan kedua daerah tersebut
berbeda. Daerah Indramayu dan Cirebon memiliki iklim yang cukup ekstrim seperti
kekeringan, dampak dari kekeringan yaitu pada musim hujan pertama pasca
kekeringan dapat meningkatkan serangan
OPT contohnya seperti hama wereng coklat. Secara umum serangan wereng coklat
lebih dominan terjadi pada musim hujan. Wereng coklat merupakan vektor dari
penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput. Berbeda halnya dengan iklim daerah
Tasikmalaya dan Garut yang beriklim tropis basah dan cuaca disana cukup stabil.
-
Komponen
epidemi apa saja yang menjadi penyebab hal tersebut
Komponen epidemi yang
menjadi penyebab terjadinya penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput adalah
faktor lingkungan, faktor lingkungan yang sangat berperan dalam perkembangan
epidemi penyakit tersebut adalah kelembaban. Populasi wereng cepat meningkat
pada kelembaban tinggi, maka apabila populasi wereng terus meningkat penyebaran
penyakit yang ditularkan oleh wereng coklat sebagai vektornya akan berjalan
dengan cepat pula. Selain kelembaban angin juga berpengaruh pada vektor
penyakit, aktivitas terbang wereng coklat akan terus-menerus pada kondisi angin
lemah. Faktor lainnya yang menjadi penyebab epidemi penyakit tersebut adalah pengaruh
manusia. Berbagai kegiatan manusia dapat berpengaruh secara langsung maupun
tidak langsung terhadap perkembangan epidemi,
cara bercocok tanam dengan tingkat pemupukan nitrogen yang tinggi dapat
meningkatkan populasi vektor penyakit, penggunaan pestisida yang kurang
bijaksanapun dapat menyebabkan vektor dari penyakit tersebut menjadi resisten
terhadap pestisida.
-
Jelaskan
perbedaan agroekosistem dari kedua daerah tersebut
Berdasarkan kondisi
lahan, tipe agroekosistem di daerah Cirebon dan Indramayu di dominasi dengan
lahan basah seperti sawah. Berdasarkan informasi yang didapat lahan di
desa-desa daerah Indramayu sekitar 53,6% merupakan areal persawahan, sedangkan
berdasarkan kondisi lahan tipe agroekosistem daerah Garut di dominasi dengan
lahan kering seperti kebun atau kebun campuran. Berdasarkan daftar penggunaan
lahan daerah garut luas kebun yang ada disana sekitar 56,124%. Disamping itu
pula iklim kedua daerah tersebut juga berbeda. Dan tipe agroekosistem di daerah
Garut dan Tasikmalaya lebih ke tipe polikultur yaitu penanaman lebih dari satu
jenis atau varietas tanaman dalam satu kawasan agroekosistem.
-
Jelaskan
sifat penyebaran dan lingkungan yang mempengaruhi penyebaran penyakit tersebut
Penyebaran penyakit
kerdil rumput dan kerdil hampa di lapangan tergantung pada beberapa faktor,
antara lain adalah serangga vektor penyakit itu sendiri. Bila terjadi ledakan
serangan wereng coklat yang merupaka vektor dari kedua virus tersebut maka akan
timbul epidemi penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput. Selanjutnya adalah
lingkungan, populasi wereng coklat akan meningkat pada kondisi lingkungan
dengan kelembaban yang tinggi, dan angin yang lemah, pada kondisi angin yang
lemah aktifitas wereng akan berjalan terus-menerus sehingga penyebaran penyakit
akan berjalan dengan cepat.
-
Penyakit
apa yang mungkin dapat menjadi epidemi pada pertanman padi di daerah
Tasikmalaya
Penyakit yang mungkin menjadi epidemi
pada pertanaman padi di daerah tasikmalaya adalah penyakit hawar daun bakteri.
Hal ini dapat terjadi karena penyakit hawar daun bakteri merupakan salah satu
penyakit padi utama yang tersebar di berbagai ekosistem padi di negara-negara
penghasil padi, maka tidak menutup kemungkinan bahwa penyakit ini dapat menjadi
epidemi pada pertanaman padi di daerah Tasikmalaya.
Jawaban Modul no 2
a. Hal
tersebut bisa terjadi karena faktor patogen tersebut dari tingkat virulensinya.
Tingkat virulensi patogen dapat dipengaruhi oleh lingkungan, dimana terjadinya
kondisi ekstrim misalnya adanya eksposur yang berlebihan terhadap sinar UV. Hal
tersebut menyebabkan patogen bermutasi sehingga timbulah ras baru yang lebih
virulen dari sebelumnya. Bisa dimungkinkan bahwa patogen Xanthomonas oryzae mengapa masih tetap menyerang meskipun
menggunakan varietas tahan karena munculnya ras baru yang menyebabkan varietas
tersebut tidak efektif lagi. Di tinjau dari tingkat resistensi genetik,
varietas tahan tergolong kedalam
ketahanan vertikal ketahanan vertikal merupakan ketahanan tanaman terhadap
patogen tertentu atau spesifik namun ketahanan itu lemah apabila patogen
tersebut mempunyai daya mutasi yang tinggi.
b. Komponen
epidemi penyebab hal tersebut dapat terjadi ialah dari Faktor patogen itu
sendiri.
c. Fenomena
boom and burst ialah penanaman
varietas tahan yang baru diluncurkan yang menyebabkan para petani menanam
varietas tersebu. Kemudian perlebaran luas lahan untuk pertanaman varietas
tersebut. Kemudian muncul patogen ras baru yang virulen terhadap varietas tersebut
yang menyebabakan patahnya ketahanan terhadap
serangan patogen dan menimbuklan
epidemi pada areal yang relatif luas.
d. Jenis
–jenis ketahanan tanaman ialah ketahanan vertikal dan horizontal
Ketahanan
vertikal ialah ketahanan tanaman terhadap patogen tertentu atau spesifik.
Ketahanan ini biasanya merupakan hasil pemuliaan tanaman yang didasarkan pada
satu gen (monogenik) atau beberapa gen (oligogenik). Sifat dari ketahanan ini
diantaranya :
-
Ketahanan didasarkan pada satu atau
beberapa gen utama yang dapat di identifikasi
-
Pengaruhnya bersifat diferensial
-
Sifat ketahanannya dapat diturunkan
-
Ketahahan tidak stabil terutama pada
patogen yang memiliki daya mutasi yang tinggi
Ketahanan
horizontal ialah ketahanan tanaman yang dimiliki secara alamiah dan biasanya
bersifat poligenik . Sifat dari ketahanan ini diantarnya :
-
Ketahanan didasarkan pada sejumlah gen
-
Pengaruhnya tidak diferensial
-
Gen-gen tahan sulit diidentifikasi
-
Sifat ketahanannya tidak dapat diturunkan
-
Ketahanan relatif stabil
e. Jenis
ketahanan yang mungkin digunakan dalam kasus tersebut ialah ketahanan
horizontal karena ditinjau dari komponen penyebab epidemi itu terjadi.
3. Nematoda
sista kentang (Globodera rostochiensis)
merupakan salah satu kendala utama yang dihadapi petani kentang di daerah Batu
Malang dan Dieng Jawa Tengah. Namun demikian hal tersebut sebenarnya baru
dirasakan oleh petani sejak awal tahun 2002 an. Penyakit tersebut ternyata
belum diketemukan di Lembang, Pangelangan dan sangat sedikit ditemukan di
daerah Ciwidey Kabupaten Bandung.
- Jelaskan mengapa hal tersebut dapat
terjadi
Karena
di daerah Dieng Jawa Tengah merupakan dataran tinggi yang salah satu sentra
produksi kentang di Indonesia yang menyebabkan nematoda mudah berkembang pada
lingkungan tersebut dan di daerah Dieng diduga tidak pernah dilakukan rotasi
tanaman, tidak adanya usaha pengendalian NSK yang serius, penggunaan
insektisida dan fungisida yang sangat tinggi, hal ini menyebabkan kompetitor
maupun musuh alami di daerah tersebut berkurang sehingga menyebabkan NSK menyebar
secara luas, pola tanam yang dilakukan petani yaitu secara monokultur.
Keberadaan NSK pada sentra pertanaman kentang di Pegunungan Dieng, Jawa Tengah
telah menyebar hampir di seluruh hamparan.
Di
Jawa Tengah, petani menanam kentang dengan menggunakan bibit asal Jerman sejak
tahun 1985 dan memungkinkan tumbuhnya NSK di daerah tersebut. Untuk daerah Batu
Malang Desa Tulung Rejo berada pada ketinggian tempat 1600-1800 m dpl.
- Komponen epidemi apa yang menjadi
penyebab hal tersebut dapat terjadi
Komponen
yang menyebabkan menyebarnya penyakit nematoda sista kuning yaitu keadaan
lingkungan, karena penyakit NSK akan berkembang dengan baik jika ditanam pada
daerah dataran tinggi semakin memicu pertumbuhan penyakit NSK. Kondisi ini
sangat mendukung pertumbuhan penyakit NSK karena sesuai dengan lingkungan
hidupnya. Terdapat pula aspek sosial yang menyebabkan bahwa penyebaran penyakit
NSK terjadi karena proses impor benih/bibit asal Jerman yang kemungkinan besar
NSK tumbuh dan berkembang di daerah tersebut.
- Jelaskan cara penyebaran penyakit
tersebut
Penyebaran
penyakit NSK disebabkan karena petani di Dieng, Jawa Tengah memakai benih/bibit
yang berasal dari Jerman sehingga terdapat kemungkinan adanya penyebaran
penyakit tersebut di daerah Jawa Tengah. Dan pertanaman kentang dilakukan di
daerah dataran tinggi, hal tersebut merupakan tempat hidup NSK yang baik untuk
perkembangan penyakit. Karena semakin tinggi ketinggian tempat semakin tinggi
pula keberadaan NSK di daerah tersebut.
Keberadaan
NSK pada sentra pertanaman kentang di Pegunungan Dieng, Jawa Tengah telah
menyebar hampir di seluruh hamparan. Gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh NSK
adalah pertumbuhan beberapa kentang menjadi kerdil, pertumbuhan akar terhambat,
daun menjadi layu, berwarna kuning dan mengering diantara tanaman lain dalam
satu hamparan dan apabila tanaman dicabut akan terinfeksi dan terlihat terdapat
NSK pada akar tanaman. Semakin tinggi tempat pertanaman semakin tinggi penyakit
NSK. Karena suhu optimum untuk perkembangan NSK yaitu berkisar antara 15,7oC-23,1oC,
NSK dapat menginokulasi tanaman pada suhu lebih dari 10oC dan
menyerang tanaman pada suhu 14,2oC. Keberadaan NSK yang paling
banyak pada ketinggian 1750-2000 m dpl. Semakin tinggi tempat, maka suhu tanah
semakin menurun, dengan semakin menurunnya suhu tanah cenderung menyebabkan
makin bertambahnya jumlah sista NSK.
- Apakah penyakit tersebut dapat
menjadi epidemi yang cepat dan serius? Jelaskan alasannya, kaitkan dengan sifat
patogennya
Iya,
karena penyebaran yang sangat cepat dan secara luas dapat menyebabkan kerugian
petani kentang akibat terserangnya penyakit NSK. Keberadaan nematoda sista
kuning menyebabkan kendala bagi produksi kentang. Nematoda Sista Kuning (Globodera rostochiensis) merupakan
nematoda parasit utama pada tanaman kentang karena kemampuan merusak dan
mematikan tanaman kentang yang sangat besar. Nematoda Sista Kuning dapat mudah
menyebar melalui tanah, mesin pertanian, umbi kentang, dan air. Keberadaan
nematoda sista kuning menyebabkan produksi kentang menurun di Indonesia.
Nematoda sista kentang merupakan patogen yang sulit dikendalikan. Kemampuan
bertahan hidup, reproduksi dan dinamika populasi NSK sangat dipengaruhi oleh
temperatur, kelembaban, panjang hari dan faktor lingkungan di sekitarnya
(Lisnawita 2007). Beberapa nematoda mampu bertahan sampai 28 tahun dalam tanah
yang dingin (Ditlin 2007). Keberadaan nematoda dapat ditemukan dalam perakaran
dengan kedalaman 0-20 cm/
No 4
Pada
musim hujan, petani tomat di daerah Ciwidey sering menghadapi epidemi penyakit
hawar daun Phytopthora sedangkan petani bawang daun di daerah Jatinangor tidak
mengalami hal tersebut, namun justru banyak mengalami kerugian karena layu
Fusarium.
Jelaskan mengapa hal tersebut dapat
terjadi
Kelembaban
dan suhu di ciwidey dan jatinangor mempengaruhi adanya epidemi
di
kedua wilayah tersebut. Kelembaban di ciwidey 90% dan suhu mencapai
17-27°C
sedangkan di jatinangor memiliki kelembaban 40% dan suhu 32°C.
Spora
phytophthora berkembang baik pada suhu 16-24°C epidemi hawar daun
biasanya
tejadi dan kelembaban 60 - 80% dan penyakit layu fusarium
berkembang
pesat pada suhu 21-330C dengan suhu optimum 280C lalu
Penyakit
layu fusarium juga berkembang pada kelembaban
yang tinggi yaitu
80%
Komponen epidemi apa yang menjadi
penyebab hal tersebut dapat terjadi
Faktor
Lingkungan
-
Kelembaban
-
Suhu
Pada prinsipnya, penyakit mana yang
epideminya lebih cepat? Jelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi
Penyebaran
penyakit yang lebih cepat adalah hawar daun phytophthora
dibandingkan
dengan layu fusarum karena phytophthora penyebaran melalui
udara
( airborne disease ) sedangkan fusarium penyebarannya melalui tanah
(
soilborne )
Apakah faktor lingkungan yang mendukung
epidemi kedua penyakit tersebut sama? Jelaskan faktor lingkungan yang paling berpengaruh
terhadap epidemi penyakit tular udara dan faktor lingkungan apa saja untuk
epidemi tular tanah.
Faktor
lingkungan yang mendukung antara kedua penyakit tersebut berbeda.
Karena
yang paling berpengaruh terhadap epidemi tular udara adalah suhu,
kelembaban
dan angin. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi
epidemi
tular tanah hanya suhu dan kelembaban.
5. Petani
jagung sering kali merugi karena tanaman terinfeksi penyakit bulai sejak di awal penanaman, sedangkan petani kedelai justru sering menghadapi
kendala yaitu adnya penyakit karat yang muncul pada fase generatif.
Kedua penyakit tersebut seringkali sudah
tidak efektif lagi setelah beberapa kali musim tanam. Keefektifan pengendalian
juga sangat bervariasi tergantung dari lokasi.
a)
Jelaskan
mengapa keefektifan pestisida maupun tanaman resisten tsb bervariasi ?
Jawab
:
Keefektipan pestisida yang bervariasi ini disebabkan karena penggunaan pestisida
yang berlebihan atau tidak sesuai dosis, maka penyakit akan menjadi resisten.
Bisa juga ketidakefektifan terjadi apabila menggunakan berbagai pestisida dan
pengaplikasiannya tidak sesuai dengan aturan yang telah dianjurkan.
Tanaman resisten yang bervariasi ini
terjadi karena perbedaan dari fase vegetatif dan fase generatif. Tanaman
resisten pada penyakit bulai atau penyakit karat merupakan ketahanan vertikal
karena ketahanannya dapat terpatahkan sehingga tanaman masih dapat terserang
pada fase vegetatif atau fase generatif. Tanaman yang bervariasi juga bisa
karena keragaman genetik yang banyak pada tanaman tersebut.
b)
Komponen
epidemi apa saja yang menjadi penyebab pada beberapa kondisi pada kasus
tersebut (perhatikan kata-kata yang bercetak tebal)
Jawab
: Penyakit
bulai sejak awal penanaman,
petani kedelai
c)
Selama
musim tanam ternyata, penyakit yang menginfeksi tanaman pada fase pertumbuhan
tanaman tertentu ternyata berbeda. Mengapa hal tersebut dapat terjadi dan
berikan contoh masing-masing penyakitnya. Apa manfaat mengetahui
informasi-informasi tersebut ?
Jawab
: Hal
tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh umur tanaman. Misalnya pada penyakit
karat biasanya tanaman akan tahan pada saat masih muda, tetapi akan menjadi
peka pada masa pertumbuhan dan menjadi tahan lagi pada tanaman dewasa.
Contohnya
: Tanaman
muda (semai, bibit) biasanya akan rentan terhadap penyakit-penyakit tertentu
misalnya penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani, busuk akar karena Phthium, penyakit embun bulu (downy
mildew), hawar bakteri dll.
Tanaman akan rentan pada saat muda,
kemudian tanaman akan relatif tahan pada saat tanaman muda sampai awal dewasa/
pembentukan buah rentan lagi pada saat buah mulai masak misalnya penyakit hawar
daun kentang (Phytopthora infestans),
pentakit bercak coklat (early blight)
karena Altenaria soalani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar