Kamis, 02 Maret 2017

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN KONSERVASI PADA LAHAN CIPARANJE

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN KONSERVASI PADA LAHAN CIPARANJE

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem pertanian berkelanjutan konservasi

Oleh
Kelompok 1
Nur Azizah                       (150510140134)
Ammar Muhtadi               (150510140139)
Rahmaisya Chairini          (150510140152)
Octa Saktianti                   (150510140185)
Wisnu A. Kautsar             (150510140189)
Rima Anggita P.               (150510140220)

Kelas F



PS AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR

2016

Bab I. PENDAHULUAN

1.1.   Latar belakang

Sektor  pertanian  merupakan  sektor  yang  cukup  penting  di  Indonesia karena  Indonesia  merupakan  negara  agraris  di mana  sebagian  besar  lahannya  digunakan   untuk   pertanian dan perkebunan. Di Negara agraris seperti Indonesia, pertanian mempunyai kontribusi penting baik terhadap perekonomian maupun terhadap pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, terutama dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berarti bahwa kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat.
Namun, perubahan penggunaan lahan dalam pembukaan areal pertanian yang tidak  menerapkan teknik konservasi lahan akan dapat menyebabkan kerusakan lahan dan penurunan  fungsi  tanah. Salah satu contohnya yaitu perubahan pertanian di daerah berlereng yang curam dan hutan lindung, serta konversi dari lahan pertanian untuk penggunaan non pertanian yang menyebabkan  kerusakan  sumber  daya  tanah, air, dan hutan. Dengan kebutuhan  lahan  yang  semakin  meningkat,  langkanya  lahan  pertanian yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian dan non-pertanian, maka perlu adanya teknologi tepat guna dalam upaya mengoptimalkan penggunaan lahan secara berkelanjutan.
Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik  lahan  dan  kaidah  konservasi  akan  mengakibatkan  masalah  yang serius   seperti tanah longsor, banjir, kekeringan dan kerusakan lahan-lahan pertanian. Karena itu dalam pemanfaatan lahan harus memperhatikan aspek-aspek konservasi  tanah  dan  air  agar  dapat  memberikan  manfaat yang optimal dan berkelanjutan.  Pemanfaatan  lahan  yang  tidak  memperhatikan  aspek  konservasi tanah tersebut juga dapat menyebabkan kerusakan lahan, seperti aktivitas-aktivitas yang  telah  berkembang  luas  dengan  bercocok  tanam  di daerah  pegunungan  atau hulu  sungai,  pembukaan  hutan  untuk  pertanian,  dan  pemanfaatan  lahan  kering  di daerah yang berlereng curam sebagai areal pertanian di mana lahan tersebut rawan erosi.
Oleh karena itu, diperlukan adanya rancangan konservasi lahan yang sesuai untuk meminimalisir terjadinya kerusakan yang ditimbulkan akibat praktik pertanian.

1.2.   Tujuan

·         Untuk mengetahui ciri-ciri lahan yang sebaiknya dilakukan tindakan konservasi.
·         Untuk mengetahui teknik konservasi yang sesuai untuk digunakan dalam upaya konservasi lahan setempat.

1.3.   Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu sebagai berikut.
·         Kemajuan sektor pertanian di Indonesia sangatlah pesat sehingga timbul banyak masalah terutama dalam pemanfaatan sumberdaya lahan yang tersedia.
·         Saat ini, kebanyakan para pelaku pertanian tidak terlalu memperdulikan keberlanjutan pertanian sehingga banyak terjadi bencana yang tidak diinginkan akibat praktik pertanian yang tidak berwawasan lingkungan.


Bab II. METODE

2.1. Alat dan Bahan

Pada kegiatan praktikum ini alat dan bahan yang digunakan antara lain:
o   Klinometer
o   GPS
o   Alat tulis
o   Kamera

2.2. Waktu dan Tempat

Kegiatan dilakukan pada pagi hari bertempat di lahan ciparanje. Tempat yang dipilih sebagai lahan konservasi berada pada kemiringan 20%, pada lahan ini kemungkinan terjadinya erosi berupa erosi lembar di mana lapisan tanah secara tipis dan merata berbentuk lembar pada permukaan bidang tanah.

2.3. Metode Kegiatan

Metode kegiatan yang digunakan merupakan metode konservasi atau pengamatan langsung dengan langkah kegiatan sebagai berikut,
1.    Menentukan titik lokasi yang akan digunakan sebagai objek kajian konservasi
2.    Mengetahui koordinasi awal titik lokasi yang didapat dari googlemaps
3.    Mengetahui koordinasi aktual titik lokasi dengan menggunakan GPS
4.    Mengetahui ketinggian titik lokasi menggunakan GPS
5.    Mengetahui tingkat kemiringan lahan dan persentase kemiringan menggunakan klinometer
6.    Mendeskripsikan lokasi lahan berupa vegetasi dominan, penggunaan lahan, permukaan batuan, dan kondisi drainase untuk menentukan tindakan konservasi yang tepat
7.    Menentukan tindakan konservasi yang tepat sesuai keadaan titik lokasi.

Bab III. HASIL PEMBAHASAN


3.1. Lokasi Pengamatan

Lokasi pengamatan yaitu pada lahan dengan titik kordinat 6018’-7000’ LS dan 105025’-106030’ BT, Ciparanje. Lahan pengamatan ini terletak pada ketinggian ± 780 mdpl. dengan jenis tanah inceptisols, pH rata-rata 6,22 serta tipe iklim C (Klasifikasi menurut Schimnt dan Fergusson) dengan tipe curah hujan C3 menurut Oldemen. Suhu rata-rata hariannya yaitu 23-280C, kelembaban rata-rata harian 78,3%

3.2. Kondisi Lahan

Lahan yang kita amati merupakan lahan yang belum dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Hal ini ditunjukkan dari vegetasi yang tumbuh dominan dengan gulma atau rumput liar. Lahan ini juga memiliki tingkat kemiringan sebesar 20% dengan ketinggian lebih dari 780mdpl dengan jenis tanah inceptisols, pH rata-rata 6,22 serta tipe iklim C (Klasifikasi menurut Schimnt dan Fergusson) dengan tipe curah hujan C3 menurut Oldemen. Suhu rata-rata hariannya yaitu 23-280C, kelembaban rata-rata harian 78,3%

3.3. Pembahasan

Kemiringan dan panjang lereng merupakan dua sifat topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Faktor panjang lereng adalah jarak horizontal dari permukaan atas yang mengalir ke bawah di mana gradien lereng menurun hingga ke titik awal atau ketika limpasan permukaan (run off) menjadi terfokus pada saluran tertentu (Asdak 2010). Kemiringan lereng akan mempengaruhi besarnya limpasan permukaan. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar kemiringan lereng maka akan meningkatkan jumlah dan kecepatan aliran. Adanya peningkatan jumlah dan kecepatan aliran akan memperbesar energi kinetik sehingga kemampuan untuk mengangkut butir-butir tanah juga akan meningkat. Selain itu semakin panjang lereng suatu lahan menyebabkan semakin banyak air permukaan yang terakumulasi, sehingga aliran permukaan menjadi lebih tinggi kedalaman maupun kecepatannya.

3.4. Penentuan Tindakan Konservasi

Usaha untuk konservasi yang tepat pada lahan tersebut antara lain dengan metode mekanik berupa pembuatan teras bangku dan dengan metode vegetatif berupa penanaman tanaman penguat teras. Fitriyah dan Fuad (2014) menyatakan, di daerah perbukitan yaitu pada tata guna lahan pertanian lahan kering diusulkan upaya pembuatan teras bangku yang ditanami dengan tanaman penguat teras. Teras bangku dibangun sepanjang kontur pada interval yang sesuai dan ditanami dengan gebalan rumput untuk penguat teras yang berperan untuk melindungi permukaan tanah dari daya dispersi dan daya penghancur oleh butir-butir hujan. Selain itu berperan pula dalam hal memperlambat aliran permukaan serta melindungi tanah permukaan dari daya kikis aliran permukaan. Jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai penguat teras menurut Asdak (2010) seperti Althenanthera amoena (bayam kremek), Indigofera endecaphylla (dedekan), Agerantum conyzoides (bandotan), Panicum maximum (rumput benggala) dan Panicum ditachyyum (balaban, paitan).

DAFTAR PUSTAKA

Asdak C 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Fitriyah F N, Fuad Halim dan M. I. Jasin 2014. Penanganan Masalah Erosi Dan Sedimentasi di Kawasan Kelurahan Perkamil.Jurnal Sipil Statik 2(4): 173-181.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar