Rabu, 01 Maret 2017

Erosi Percik

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang paling subur , banyak vegetasi alam yang begitu melimpah . namun negara kita banyak mengalami berbagai macam-macam bencana , seperti : banjir , tanah longsor , gempa bumi dan masih banyak yang lainnya .bencana alamseperti  tanah longsor merupakan salah satu dampak dari terjadinya erosi tanah akibat tanah yang gundul atau akibat dari manusia seperti penebagan secara liar yang mengakibatkan tanah longsor.  
Pada kesempatan kali ini kami akan membahas ruanglingkup tentang  erosi yang khusus nya lebih kepada erosi percik. Erosi adalah peristiwa terlepasnya partikel-partikel tanah dari permukaan yang mengakibatkan ikut hilangnya material, nutrisi organik tanah, penurunan produktivitas panen dan penurunan kualitas air.
Erosi dapat terjadi secara alami atau disebabkan oleh aktivitas manusia. Penyebab alami erosi antara lain adalah karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah. Aktivitas manusia yang menyebabkan erosi diantaranya penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan yang tidak memperhatikan kaidah konservasi.
Menurut Arsyad (1989) erosi ada beberapajenis yaitu erosi percik, erosi lembar, erosi alur dan erosi jurang.erosi percik adalah proses terkelupasnya partikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas . arah dan jarak terkelupasnya partikel tanah di tentukan oleh kemiringan lereng , kecepatan dan arah angin.

1.2 Tujuan

Makalah di buat untuk memberikan pengetahuan tentang erosi yang tujuan nya mengenai:
·         Apa itu erosi .
·         Apa yang di sebut dengan erosi percik
·         Bagaimana erosi bisa terjadi
·         Apa faktor-faktor erosi
·         Apa dampak yang ditimbulkan oleh erosi
·         Bagaimana pengendalian erosi percik

 



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Erosi secara umum

Erosi adalah peristiwa berpindahnya partikel tanah dari suatu tempat ke tempat lainnya yang diakibatkan oleh proses alamiah maupun oleh aktifitas manusia melalui media seperti air yang mengalir, angin, es, dan gelombang atau arus. Erosi alamiah dapat terjadi karena proses pembentukan tanah dan proses erosi yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alamiah atau erosi geologi. Sedangkan erosi karena aktifitas manusia disebabkan oleh cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersfat merusak keadaan fisik tanah antara lain pembuatan jalan di daerah dengan kemiringan lereng besar (Asdak, 1995). Erosi dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah dan kualitas lingkungan hidup. Erosi dapat menyebabkan tanah menjadi tidak subur karena mineral-mineral yang dikandung tanah hilang tererosi. Erosi tidak dapat dihilangkan sama sekali, yang bisa dikaukan adalah mengusahakan supaya erosi yang terjadi masih dibawah ambang batas maksimum (soil loss tolerance), sehingga besarnya erosi tidak melebihi laju pembentukan tanah. Untuk lahan pertanian di Indonesia khususnya erosi masih dapat dibiarkan apabila besarnya masih lebih kecil dari 10 ton/ha/tahun diiringi dengan pengolahan tanah dan penambahan bahan organik (Suripin, 2004).
Secara umum, erosi dibagi menjadi tiga tahap berurutan yaitu pelepasan (detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan (deposition) bahan-bahan tanah oleh penyebab erosi (Asdak, 1995).
·         Tahap pelepasan: Pelepasan tanah karena energi mekanik dari jatuhnya air hujan. Vegetasi penutup lahan serta rumput-rumput penutup tanah akan mempengaruhi proses pelepasan dan terjadinya erosi
·         Tahap pengangkutan: Air yang mengalir pada aliran permukaan tanah mengakibatkan terjadinya limpasan permukaan yang mengangkut partikel-partikel tanah.
·         Tahap pengendapan: Pengendapan terjadi akibat total partikel tanah yang terlepas melalui aliran permukaan yang menghasilkan limpasan permukaan, lebih besar dari kapasitas pengangkutan. Pada kondisi ini energi yang tersedia tidak cukup lagi untuk mengangkut partikel.

Pada prinsipnya, erosi merupakan proses penghancuran dan pelapukan partikel-partikel tanah, dan perpindahan partikel tersebut akibat adanya erosive transport agent seperti air dan angin. Pada daerah beriklim tropika basah seperti di Indonesia, penyeab utama terjadinya erosi yaitu air hujan, sedangkan tenaga penggerak erosi yang lain seperti angin dan gleyster kurang begitu dominan (Muhammad, 2006). 
Menurut Lihawa (2011) erosi yang disebabkan oleh air hujan dapat dibedakan dalam empat bentuk, yaitu erosi percik (spash erosion), erosi lembar (sheet washing), erosi alur (riil erosion), dan erosi parit (gully erosion). Sedangkan Suripin (2004), membedakan erosi berdasarkan bentuknya kedalam 7 tipe, yaitu erosi percikan (splash erosion), erosi aliran permukaan (overland flow erosion), erosi alur (rill erosion), erosi parit/ selokan (gully erosion), erosi tebing sungai (streambank erosion), erosi internal (internal or subsurface erosion), tanah logsor (land slide).

2.2 Definis Erosi Percik

Erosi percikan (splash erosion) adalah terlepas dan terlemparnya partikel-partikel tanah dari massa tanah akibat pukulan butiran air hujan secara langsung. Erosi percikan disebabkan oleh energi kinetik air hujan yang mengenai permukaan air tanah.  Besarnya energi kinetik dapat dihitung dengan rumus:
KE = ½ mv2
Keterangan: m = massa air :v = kecepatan air jatuh.
                Percikan air hujan merupakan media utama pelepasan partikel tanah pada erosi yang disebabkan oleh air. Pada saat butiran air hujan mengenai permukaan tanah, partikel tanah akan terlepas dan terlempar ke udara (Adriansyah dan Dahrio, 2009).

2.3 Proses terjadinya Erosi secara umum

Erosi tanah yang disebabkan oleh air meliputi 3 tahap (Suripin 2004), yaitu:
a. Tahap pelepasan partikel tunggal dari massa tanah.
b. Tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angina.
c. Tahap pengendapan, pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak cukup lagi untuk mengangkut partikel.

Percikan air hujan merupakan media utama pelepasan partikel tanah pada erosi yang disebabkan oleh air. Pada saat butiran air hujan mengenai permukaan tanah yang gundul, partikel tanah terlepas dan terlempar ke udara. Karena gravitasi bumi, partikel tersebut jatuh kembali ke bumi. Pada lahan miring partikel-partikel tanah tersebar kearah bawah searah lereng. Partikel-partikel tanah yang terlepas akan menyumbat pori-pori tanah. Percikan air hujan juga menimbulkan pembentukan lapisan tanah keras pada lapisan permukaan. Hal ini mengakibatkan menurunnya kapasitas dan laju infiltrasi tanah. Pada kondisi dimana intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan terjadi genangan air di permukaan tanah, yang kemudian akan menjadi aliran permukaan. Aliran permukaan ini menyediakan energi untuk mengangkut partikel-pertikel yang terlepas baik oleh percikan air hujan maupun oleh adanya aliran permukaan itu sendiri.
 Pada saat energi aliran permukaan menurun dan tidak mampu lagi mengangkut partikel tanah yang terlepas, maka partikel tanah tersebut akan mengendap baik untuk sementara atau tetap (Suripin 2004).Proses pengendapan sementara terjadi pada lereng yang bergelombang, yaitu bagian lereng yang cekung akan menampung endapan partikel yang hanyut untuk sementara dan pada hujan berikutnya endapan ini akan terangkut kembali menuju dataran rendah atau sungai. Pengendapan akhir terjadi pada kaki bukit yang relatif datar, sungai dan waduk. Pada daerah aliran sungai, partikel dan unsur hara yang larut dalam aliran permukaan akan mengalir dan mengendap ke sungai dan waduk sehingga menyebabkan pendangkalan.

2.4 Proses terjadinya Erosi Percik



Erosi percikan adalah erosi yang disebabkan oleh adanya air hujan yang memberikan energi tertentu ketika jatuh (energi kinetis),kemudian melepaskan partikel-partikel tanah,oleh sebab itu erosi percikan terjadi pada awal hujan. Erosi percikan terjadi secara maksimum kira-kira2-3 menit setelah hujan turun karena pada saat itu tanah dalam keadaan basah,sehingga mudah dipercikan.Setelah 2-3 menit percikan akan menurun mengikuti ketebalan lapisan air.Terlepasnya partikel-partikel tanah dari masa tanah akibat erosi percikan sangat bergantung pada jenis tanah yang tererosi. Intensitas erosi percikan meningkat dengan adanya air genangan, tetapi setelah terjadi genangan dengan kedalaman tiga kali ukuran butir hujan, erosi percikan minimum. Erosi percikan akan berhenti apabila tetesan air hujan sudah tidak mampu lagi untuk menembus ketebalan lapisan air. Pada saat inilah proses erosi lembar dimulai.
Pada daerah yang permukaannya datar, terjadinya erosi percikan kurang menimbulkan permasalahan. Karena tetesan air hujan yang menimbulkan percikan akan terbagi rata ke segala arah. Tetapi pada daerah miring akibat percikan tanah akan terlempar kebawah sesuai kemiringan lahan tersebut. Setiap jenis tanah mempunyai kemampuan untuk menyerap air berbeda-beda.Jika tanah sudah mencapai batas maksimum untuk menyerap air,tapi air masih datang terus menerus sehingga terjadilah aliran air. Jenis erosi ini merupakan hasil dari percikan atau benturan air hujan secara langsung pada partikel tanah dalam keadaan basah. Curah hujan yang jatuh ke permukaan tanah memiliki diameter yang berbeda – beda sehingga memiliki energi tumbukan yang berbeda. Energi tumbukan ini bergantung dari kecepatan jatuhnya tetesan air, diameter butiran tetesan hujan dan intensitas hujan.

2.5 Faktor yang mempengaruhinya

Iklim dan geologi merupakan faktor utama yang mempengaruhi proses erosi tanah. Disamping karakteristik tanah dan vegetasi, dimana keduanya bergantung pada dua faktor terdahulu dan saling mempengaruhi. Diluar faktor tersebut, kegiatan manusia di muka bumi juga memberi andil yang cukup besar pada perubahan laju erosi tanah (Suripin, 2002). Demikian juga dengan Hardiyatmo (2006), yang menyatakan bahwa perubahan iklim seperti siklus panas-dingin, basah-kering mengakibatkan pecahnya batuan menjadi partikel yang lebih kecil dan lemah ikatannya antar partikel. Secara lebih rincinya faktor yang mempengaruhi erosi yaitu :
a. Iklim
Pada daerah tropis faktor iklim yang paling besar pengaruhnya terhadap laju erosi permukaan adalah curah hujan. Hujan yang jatuh di atas permukaan tanah melalui tanaga kinetisnya dapat mengakibatkan terlepasnya butiran-butiran tanah, melaui aliran permukaan, butiran-butiran tanah ini terangkut dan terjadi pengendapan. Adapun rumus untuk mengetahui seberapa besar energi kinetiknya yaitu sebagai berikut:
Karakteristik hujan yang berpengaruh terhadap erosi permukaan dan sedimen adalah jumlah curah hujan, intensitas, dan lamanya hujan (Ritter, dkk. dalam Lihawa, 2011: 11). Dengan demikian lamanya hujan dan intensitas curah hujan sangat penting dalam terjadinya banjir ataupun erosi (Noor, 2006: 69).

b. Tanah
Sifat-sifat tanah yang penting pengaruhnya terhadap erosi adalah kemampuannya untuk menginfiltrasikan air hujan yang jatuh serta ketahanannya terhadap pengaruh pukulan butir-butir hujan dan aliran permukaan. Tanah dengan agregat yang mudah di dispersikan oleh air dan daya infiltrasinya kecil serta dengan ukuran butir tanah halus, tanah ini peka terhadap erosi. Tanah dengan pori-pori yang besar dan struktur yang baik akan memiliki kecepatan infiltrasi besar, sehingga aliran permukaan yang terjadi akan semakin kecil (Lihawa, 2011: 12).
Ziliwu, 2002: 19 mengemukakan bahwa, sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan erosi adalah :
1. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju peresapan (infiltasi), permeabilitas dan kapasitas tanah menahan air.
2. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dalam pengikisan oleh butiran-butiran hujan dan limpasan permukaan.
Dengan demikian sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, kandungan bahan organik dan permeabilitas.Tanah dengan kandungan debu yang tinggi, liat yang rendah dan bahan organik yang sedikit mempunyai kepekaan erosi yang tinggi. Kepekaan erosi ini disebut erodibilitas tanah (K) yang mengindikasikan mudah tidaknya tanah itu tererosi. Semakin tinggi nilai erodibilitas semakin mudah tanah itu tererosi dan sebaliknya.

c. Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Erosi akan meningkat dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas hujan tinggi, tetapi erosi akan menurun dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas hujan yang rendah. Zachar (1982) menyatakan bahwa apabila tekuk lereng semakin besar maka koefisien aliran dan daya angkut meningkat, kestabilan tanah dan kestabilan lereng menurun, erosi percik meningkat dan perpindahan material tanah lebih besar.
d. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahannya, semakin besar perubahan penggunaan lahannya maka semakin besar aliran permukaan dan limpasan permukaan yang terjadi pada lahan tersebut.

2.6 Dampak dari Erosi Percik

Erosi percikan terjadi secara maksimum kira-kira 2-3 menit setelah hujan turun karena pada saat itu tanah dalam keadaan basah, sehingga mudah dipercikan. Setelah 2-3 menit percikan akan menurun mengikuti ketebalan lapisan air. Terlepasnya partikel-partikel tanah dari masa tanah akibat erosi percikan sangat bergantung pada jenis tanah yang tererosi. Intensitas erosi percikan meningkat dengan adanya air genangan, tetapi setelah terjadi genangan dengan kedalaman tiga kali ukuran butir hujan, erosi percikan minimum. Erosi percikan akan berhenti apabila tetesan air hujan sudah tidak mampu lagi untuk menembus ketebalan lapisan air. Karena tetesan air hujan yang menimbulkan percikan akan terbagi rata ke segala arah. Tetapi pada daerah miring akibat percikan tanah akan terlempar ke bawah sesuai kemiringan lahan tersebut.

2.7 Pendugaan Laju Erosi Percik

Interaksi antara USLE dan SIG mampu memprediksi laju erosi secara spasial dengan cepat dan segmentasi luasan (elemen) sesuai yang dikehendaki. Parameter USLE dihitung secara individual untuk tiap-tiap elemen, dan merupakan data masukan bagi SIG. dari tiap-tiap parameter USLE dapat digambarkan dalam peta tematik (thematic map) sehingga akan terbentuk lima peta tematik, yaitu peta erosivitas hujan- R, peta erodibilitas tanah- K, peta kemiringan dan panjang lereng- LS, peta manajemen tanaman- C dan peta kontrol erosi praktis- P. Peta laju erosi dapat diperoleh dengan menampakkan (overlay) kelima peta tematik dari parameter USLE tersebut (Suripin, 2002).
Jika laju erosi yang akan terjadi telah dapat diperkirakan dan laju erosi yang masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan sudah dapat ditetapkan, maka dapat ditentukan kebijakan penggunaan lahan dan tindakan konservasi tanah yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakkan tanah dan tanah dapat dipergunakan secara produktif dan lestari.

2.8  Metode Pengendalian Erosi Percik

Pengendalian erosi adalah upaya untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengembalikan fungsi atau daya dukung lahan sesuai dengan peruntukannya. Upaya yang dilakukan adalah bertujuan untuk:
·         Memperbesar resistensi permukaan tanah sehingga lapisan permukaan tanah tahan terhadap pengaruh jatuhnya butir-butir air hujan.
·         Memperbesar kapasitas infiltrasi tanah sehingga dapat mengurangi laju aliran permukaan.
·         Mengurangi laju aliran permukaan agar daya kikis terhadap tanah yang dilalui dapat diperkecil.
·         Memperbesar resistensi tanah sehingga daya hanyut aliran permukaan terhadap partikel-partikel tanag dapat diperkecil.

Usaha pengendalian erosi tanah dapat dilaksanakan dengan metode vegetatif, teknik mekanis, serta cara kimiawi yaitu pemakaian bahan-bahan pemantap tanah (soil conditioner) (Saefudin Sarief, 1985:75).

a.       Pengendalian erosi cara vegetatif
Prinsip pengendalian erosi cara vegetatif adalah pengendalian menggunakan tumbuhan atau tanaman dan sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak dari air hujan yang jatuh, jumlah dan daya rusak aliran permukaan. Cara ini didasarkan pada peran tanaman untuk melindungi tanah dari tumbukan langsung butir-butir air hujan, mengurangi kecepatan aliran di permukaan tanah dan memperbesar kapasitas infiltrasi.
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam usaha konservasi tanah secara vegetatif adalah:
1.       Sistem pertanaman lorong, yaitu tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar. Metode ini dapat  mengurangi laju limpasa permukaan dan erosi, dan memberikan bahan organin dan hara Nitrogen untuk tanaman lorong. Sistem pertanaman lorong ini cocok digunakan pada tanah tegalan.
2.       Strip rumput, yaitu sistem pertanaman yang hampir sama dengan pertanaman lorong namun tanaman pagar yang digunakan adalah rumput. Strip rumput dibuat mengikuti kontur. Semakin lebar strip semakin efektif mengendalikan erosi.
3.       Penanaman tanaman penutup tanah, yaitu tanaman yang ditanam untuk mencegah erosi, menambah bahan organik dan memperbesar kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air hujan yang jatuh. Tanaman penutup tanah dapat ditanam tersendiri atau bersamaan dengan tanaman pokok. Tanaman penutup tanah berdasarkan jenisnya terdapat 4 jenis, yaitu: jenis merambat (rendah) seperti Colopoginuum moconoides dan Ageratum conizoides; jenis perdu/semak (sedang) seperti Crotalaria sp dan Acasia vilosa; jenis pohon (tinggi) seperti Leucaena leucephala (lamtoro gung) dan Leucaena glauca (lamtoro lokal); dan terakhir adalah jenis kacang-kacangan seperti Vigna sinensis Doli chs lablab (komak).
4.       Pemberian sisa-sisa tumbuhan penutup tanah (mulsa), yaitu menyebarkan sisa-sisa tanaman ke dalam tanah atau menutup permukaan tanah dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air, memeilhara unsur hara dalam tanah, meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air, mengurangu penguapan, dan melindungu tanah dari pukulan langsung butir-butir hujan.
5.       Pergiliran tanaman, yaitu sisten menanam berbagai jenis tanaman secara bergilir dalam urutan waktu tertentu pada sebidang lahan, misalnya pergiliran antara tanaman pangan dengan tanaman penutup tanah.

b.       Pengendalian erosi cara teknis mekanis
Pengendalian erosi cara teknis mekanis adalah usaha pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanag yang hilang dengan cara mekanis. Cara teknis mekanis dilakukan secara fisik mekanik pada tanah salah satunya pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi. Prinsipnya yaitu mengatur aliran permukaan sehingga tidak merusak lapisan olah tanah (top soil) yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Beberapa cara dalam pengendalian erosi cara mekanik antara lain:
1.       Pembuatan Teras, yaitu memotong permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat sehingga mengurangi kecepatan aliran permukaan serta memungkinkan bertambahnya jumlah air yang terserap ke dalam tanah. Jenis-jenis teras diantaranya: (1) Teras datar yaitu jenis teras dengan bagian utama bibir teras dan bidang olahan, berfungsi untuk membantu peresapan air ke dalam tanah, Biasanya dibuat pada kahan yang kemiringannya kurang dari 5%. (2) Teras kridit yaitu teras yang berfungsi untuk membantu peresapan air ke dalam tanah umumnya diterapkan pada tempat-tempat yang lahannya sulit menyerap air dengan kemiringan 3-10%. (3) Teras bangku yaitu teras dengan bentuk sempurna berupa bibir teras, talud, bidang olahan dan saluran teras. Bidang olahannya memiliki fungsi untuk meresapkan air ke dalam tanah dan mencegah erosi tanah. Biasanya diterapkan pada tanah dengan kemiringan 15-50%. (4) Teras guludan yaitu teras dengan bentuk terdiri dari bibir teras, saluran teras dan bidang olahan serta dilengkapi saluran pembuangan air di sepanjang bagian atas guludan. Biasanya dibuat pada kahan yang kemiringannya 5-15%.
2.       Pembuatan DAM penahan, DAM penahan yaitu bendungan kecil yang dibuat pada alur/parit dengan urugan tanah diperkuat, dengan maksud untuk menampung aliran air permukaan atau mengendapkan lumpur hasil erosi dari lahan bagian atasnya.
3.       Penghijauan atau penanaman tanaman pada tanag-tanah yang telah mengalami kerusakan baik di daratan tinggi maupun dataran rendah yang berada di luar kawasan hutan menggunakan pohon-pohon terpilih atau rumput-rumputan, yang  berfungsi untuk pengawetan tanah dan dapat juga menjadi tambahan pendapatan bagi petani atau pemilik lahan.
c.       Pengendalian erosi cara kimiawi
Pengendalian erosi cara kiawi dapat dilakukan dengan menggunakan kimia sering dikenal dengan sebutan soil conditioner, yang bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan bahan sintetis maupun alami. Beberapa contoh soil conditioner yaitu: PVA (Polyvinyl alcohol), PAA (Poly acrylic acid), VAMA (Vinyl acetate malcic acidcopolymer), DAEMA (Dimethyl amino ethyl metacrylate), dan Emulsi Bitumen.



BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Erosi dapat terjadi secara alami atau disebabkan oleh aktivitas manusia. Penyebab alami erosi antara lain adalah karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah. Aktivitas manusia yang menyebabkan erosi diantaranya penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan yang tidak memperhatikan kaidah konservasi.
Erosi  terbagi 3 tahap ,yaitu: Detachment,transport,dan deposition . yang didalam nya akan terjadi degradasi tanah/lahan , sendimentasi  sungai/ waduk, penurunan produktivitas tanah pertanian, program pembangunan yang terganggu ,dan lainnya .
Erosi percik adalah erosi yang disebabkan oleh tumbukan percikan langsung butiran air hujan pada permukaan tanah, dampak yang akan terjadi yaitu terlepasnya partikel-partikel tanah dan tanah akan menjadi kurang menguntungkan bagi pertanian karena penurunan produksi tanah .faktor yang mempengaruhinya erosi adalah iklim, tanah , topografi dan penggunaan lahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar