BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara yang paling subur , banyak vegetasi alam yang begitu melimpah
. namun negara kita banyak mengalami berbagai macam-macam bencana , seperti :
banjir , tanah longsor , gempa bumi dan masih banyak yang lainnya .bencana
alamseperti tanah longsor merupakan
salah satu dampak dari terjadinya erosi tanah akibat tanah yang gundul atau
akibat dari manusia seperti penebagan secara liar yang mengakibatkan tanah
longsor.
Pada
kesempatan kali ini kami akan membahas ruanglingkup tentang erosi yang khusus nya lebih kepada erosi
percik. Erosi adalah peristiwa terlepasnya partikel-partikel tanah dari permukaan
yang mengakibatkan ikut hilangnya material, nutrisi organik tanah, penurunan
produktivitas panen dan penurunan kualitas air.
Erosi dapat
terjadi secara alami atau disebabkan oleh aktivitas manusia. Penyebab alami
erosi antara lain adalah karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman
penutup dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan
tanah. Aktivitas manusia yang menyebabkan erosi diantaranya penggundulan hutan,
kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan yang tidak memperhatikan
kaidah konservasi.
Menurut Arsyad
(1989) erosi ada beberapajenis yaitu erosi percik, erosi lembar, erosi alur dan
erosi jurang.erosi percik adalah proses terkelupasnya partikel tanah bagian
atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas . arah dan jarak terkelupasnya
partikel tanah di tentukan oleh kemiringan lereng , kecepatan dan arah angin.
1.2 Tujuan
Makalah di buat untuk memberikan pengetahuan tentang erosi
yang tujuan nya mengenai:
·
Apa itu erosi .
·
Apa yang di sebut dengan erosi percik
·
Bagaimana erosi bisa terjadi
·
Apa faktor-faktor erosi
·
Apa dampak yang ditimbulkan oleh erosi
·
Bagaimana pengendalian erosi percik
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Erosi secara umum
Erosi adalah peristiwa berpindahnya partikel tanah dari suatu tempat ke
tempat lainnya yang diakibatkan oleh proses alamiah maupun oleh aktifitas
manusia melalui media seperti air yang mengalir, angin, es, dan gelombang atau
arus. Erosi alamiah dapat terjadi karena proses pembentukan tanah dan proses
erosi yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alamiah atau
erosi geologi. Sedangkan erosi karena aktifitas manusia disebabkan oleh cara
bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau
kegiatan pembangunan yang bersfat merusak keadaan fisik tanah antara lain
pembuatan jalan di daerah dengan kemiringan lereng besar (Asdak, 1995). Erosi
dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah dan
kualitas lingkungan hidup. Erosi dapat menyebabkan tanah menjadi tidak subur
karena mineral-mineral yang dikandung tanah hilang tererosi. Erosi tidak dapat
dihilangkan sama sekali, yang bisa dikaukan adalah mengusahakan supaya erosi
yang terjadi masih dibawah ambang batas maksimum (soil loss tolerance), sehingga besarnya erosi tidak melebihi laju
pembentukan tanah. Untuk lahan pertanian di Indonesia khususnya erosi masih
dapat dibiarkan apabila besarnya masih lebih kecil dari 10 ton/ha/tahun
diiringi dengan pengolahan tanah dan penambahan bahan organik (Suripin, 2004).
Secara umum, erosi dibagi menjadi tiga tahap berurutan yaitu pelepasan (detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan (deposition) bahan-bahan tanah oleh
penyebab erosi (Asdak, 1995).
·
Tahap pelepasan: Pelepasan tanah karena energi
mekanik dari jatuhnya air hujan. Vegetasi penutup lahan serta rumput-rumput
penutup tanah akan mempengaruhi proses pelepasan dan terjadinya erosi
·
Tahap pengangkutan: Air yang mengalir pada
aliran permukaan tanah mengakibatkan terjadinya limpasan permukaan yang
mengangkut partikel-partikel tanah.
·
Tahap pengendapan: Pengendapan terjadi akibat
total partikel tanah yang terlepas melalui aliran permukaan yang menghasilkan
limpasan permukaan, lebih besar dari kapasitas pengangkutan. Pada kondisi ini
energi yang tersedia tidak cukup lagi untuk mengangkut partikel.
Pada prinsipnya, erosi merupakan proses penghancuran dan pelapukan
partikel-partikel tanah, dan perpindahan partikel tersebut akibat adanya erosive transport agent seperti air dan angin. Pada daerah beriklim tropika
basah seperti di Indonesia, penyeab utama terjadinya erosi yaitu air hujan,
sedangkan tenaga penggerak erosi yang lain seperti angin dan gleyster kurang
begitu dominan (Muhammad, 2006).
Menurut Lihawa (2011) erosi yang disebabkan oleh air
hujan dapat dibedakan dalam empat bentuk, yaitu erosi percik (spash erosion), erosi lembar (sheet washing), erosi alur (riil erosion), dan erosi parit (gully erosion). Sedangkan Suripin
(2004), membedakan erosi berdasarkan bentuknya kedalam 7 tipe, yaitu erosi
percikan (splash erosion), erosi
aliran permukaan (overland flow erosion),
erosi alur (rill erosion), erosi
parit/ selokan (gully erosion), erosi
tebing sungai (streambank erosion),
erosi internal (internal or subsurface
erosion), tanah logsor (land slide).
2.2 Definis Erosi Percik
Erosi percikan (splash erosion) adalah terlepas dan
terlemparnya partikel-partikel tanah dari massa tanah akibat pukulan butiran
air hujan secara langsung. Erosi percikan disebabkan oleh energi kinetik air
hujan yang mengenai permukaan air tanah.
Besarnya energi kinetik dapat dihitung dengan rumus:
KE = ½ mv2
Keterangan: m =
massa air :v = kecepatan air jatuh.
Percikan air hujan merupakan
media utama pelepasan partikel tanah pada erosi yang disebabkan oleh air. Pada
saat butiran air hujan mengenai permukaan tanah, partikel tanah akan terlepas
dan terlempar ke udara (Adriansyah dan Dahrio, 2009).
2.3 Proses terjadinya Erosi
secara umum
Erosi tanah
yang disebabkan oleh air meliputi 3 tahap (Suripin 2004), yaitu:
a. Tahap
pelepasan partikel tunggal dari massa tanah.
b. Tahap
pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angina.
c. Tahap
pengendapan, pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak cukup lagi untuk
mengangkut partikel.
Percikan air hujan merupakan media utama pelepasan
partikel tanah pada erosi yang disebabkan oleh air. Pada saat butiran air hujan
mengenai permukaan tanah yang gundul, partikel tanah terlepas dan terlempar ke
udara. Karena gravitasi bumi, partikel tersebut jatuh kembali ke bumi. Pada
lahan miring partikel-partikel tanah tersebar kearah bawah searah lereng.
Partikel-partikel tanah yang terlepas akan menyumbat pori-pori tanah. Percikan
air hujan juga menimbulkan pembentukan lapisan tanah keras pada lapisan
permukaan. Hal ini mengakibatkan menurunnya kapasitas dan laju infiltrasi
tanah. Pada kondisi dimana intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan
terjadi genangan air di permukaan tanah, yang kemudian akan menjadi aliran
permukaan. Aliran permukaan ini menyediakan energi untuk mengangkut
partikel-pertikel yang terlepas baik oleh percikan air hujan maupun oleh adanya
aliran permukaan itu sendiri.
Pada saat
energi aliran permukaan menurun dan tidak mampu lagi mengangkut partikel tanah
yang terlepas, maka partikel tanah tersebut akan mengendap baik untuk sementara
atau tetap (Suripin 2004).Proses pengendapan sementara terjadi pada lereng yang
bergelombang, yaitu bagian lereng yang cekung akan menampung endapan partikel
yang hanyut untuk sementara dan pada hujan berikutnya endapan ini akan
terangkut kembali menuju dataran rendah atau sungai. Pengendapan akhir terjadi
pada kaki bukit yang relatif datar, sungai dan waduk. Pada daerah aliran
sungai, partikel dan unsur hara yang larut dalam aliran permukaan akan mengalir
dan mengendap ke sungai dan waduk sehingga menyebabkan pendangkalan.
2.4 Proses terjadinya Erosi
Percik
Erosi percikan adalah erosi yang
disebabkan oleh adanya air hujan yang memberikan energi tertentu ketika jatuh
(energi kinetis),kemudian melepaskan partikel-partikel tanah,oleh sebab itu
erosi percikan terjadi pada awal hujan. Erosi percikan terjadi secara maksimum
kira-kira2-3 menit setelah hujan turun karena pada saat itu tanah dalam keadaan
basah,sehingga mudah dipercikan.Setelah 2-3 menit percikan akan menurun
mengikuti ketebalan lapisan air.Terlepasnya partikel-partikel tanah dari masa
tanah akibat erosi percikan sangat bergantung pada jenis tanah yang tererosi.
Intensitas erosi percikan meningkat dengan adanya air genangan, tetapi setelah
terjadi genangan dengan kedalaman tiga kali ukuran butir hujan, erosi percikan
minimum. Erosi percikan akan berhenti apabila tetesan air hujan sudah tidak
mampu lagi untuk menembus ketebalan lapisan air. Pada saat inilah proses erosi
lembar dimulai.
Pada daerah yang permukaannya datar,
terjadinya erosi percikan kurang menimbulkan permasalahan. Karena tetesan air
hujan yang menimbulkan percikan akan terbagi rata ke segala arah. Tetapi pada
daerah miring akibat percikan tanah akan terlempar kebawah sesuai kemiringan
lahan tersebut. Setiap jenis tanah mempunyai kemampuan untuk menyerap air
berbeda-beda.Jika tanah sudah mencapai batas maksimum untuk menyerap air,tapi
air masih datang terus menerus sehingga terjadilah aliran air. Jenis erosi ini
merupakan hasil dari percikan atau benturan air hujan secara langsung pada
partikel tanah dalam keadaan basah. Curah hujan yang jatuh ke permukaan tanah
memiliki diameter yang berbeda – beda sehingga memiliki energi tumbukan yang
berbeda. Energi tumbukan ini bergantung dari kecepatan jatuhnya tetesan air,
diameter butiran tetesan hujan dan intensitas hujan.
2.5 Faktor yang mempengaruhinya
Iklim dan geologi merupakan faktor utama
yang mempengaruhi proses erosi tanah. Disamping karakteristik tanah dan
vegetasi, dimana keduanya bergantung pada dua faktor terdahulu dan saling mempengaruhi.
Diluar faktor tersebut, kegiatan manusia di muka bumi juga memberi andil yang
cukup besar pada perubahan laju erosi tanah (Suripin, 2002). Demikian juga
dengan Hardiyatmo (2006), yang menyatakan bahwa perubahan iklim seperti siklus
panas-dingin, basah-kering mengakibatkan pecahnya batuan menjadi partikel yang
lebih kecil dan lemah ikatannya antar partikel. Secara lebih rincinya faktor
yang mempengaruhi erosi yaitu :
a. Iklim
Pada daerah tropis faktor iklim yang paling besar
pengaruhnya terhadap laju erosi permukaan adalah curah hujan. Hujan yang jatuh
di atas permukaan tanah melalui tanaga kinetisnya dapat mengakibatkan
terlepasnya butiran-butiran tanah, melaui aliran permukaan, butiran-butiran
tanah ini terangkut dan terjadi pengendapan. Adapun rumus untuk mengetahui
seberapa besar energi kinetiknya yaitu sebagai berikut:
Karakteristik hujan yang berpengaruh terhadap erosi
permukaan dan sedimen adalah jumlah curah hujan, intensitas, dan lamanya hujan
(Ritter, dkk. dalam Lihawa, 2011: 11). Dengan demikian lamanya hujan dan
intensitas curah hujan sangat penting dalam terjadinya banjir ataupun erosi
(Noor, 2006: 69).
b. Tanah
Sifat-sifat tanah yang penting pengaruhnya terhadap
erosi adalah kemampuannya untuk menginfiltrasikan air hujan yang jatuh serta
ketahanannya terhadap pengaruh pukulan butir-butir hujan dan aliran permukaan.
Tanah dengan agregat yang mudah di dispersikan oleh air dan daya infiltrasinya
kecil serta dengan ukuran butir tanah halus, tanah ini peka terhadap erosi.
Tanah dengan pori-pori yang besar dan struktur yang baik akan memiliki
kecepatan infiltrasi besar, sehingga aliran permukaan yang terjadi akan semakin
kecil (Lihawa, 2011: 12).
Ziliwu, 2002: 19 mengemukakan bahwa, sifat-sifat tanah
yang mempengaruhi kepekaan erosi adalah :
1.
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju peresapan (infiltasi), permeabilitas
dan kapasitas tanah menahan air.
2.
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi
dalam pengikisan oleh butiran-butiran hujan dan limpasan permukaan.
Dengan demikian sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
erosi adalah tekstur, struktur, kandungan bahan organik dan permeabilitas.Tanah
dengan kandungan debu yang tinggi, liat yang rendah dan bahan organik yang
sedikit mempunyai kepekaan erosi yang tinggi. Kepekaan erosi ini disebut
erodibilitas tanah (K) yang mengindikasikan mudah tidaknya tanah itu tererosi.
Semakin tinggi nilai erodibilitas semakin mudah tanah itu tererosi dan
sebaliknya.
c. Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur
topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Erosi
akan meningkat dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas hujan tinggi,
tetapi erosi akan menurun dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas
hujan yang rendah. Zachar (1982) menyatakan bahwa apabila tekuk lereng semakin
besar maka koefisien aliran dan daya angkut meningkat, kestabilan tanah dan
kestabilan lereng menurun, erosi percik meningkat dan perpindahan material
tanah lebih besar.
d.
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan berpengaruh terhadap perubahan
penggunaan lahannya, semakin besar perubahan penggunaan lahannya maka semakin
besar aliran permukaan dan limpasan permukaan yang terjadi pada lahan tersebut.
2.6 Dampak dari Erosi Percik
Erosi
percikan terjadi secara maksimum kira-kira 2-3 menit setelah hujan turun karena
pada saat itu tanah dalam keadaan basah, sehingga mudah dipercikan. Setelah 2-3
menit percikan akan menurun mengikuti ketebalan lapisan air. Terlepasnya
partikel-partikel tanah dari masa tanah akibat erosi percikan sangat bergantung
pada jenis tanah yang tererosi. Intensitas erosi percikan meningkat dengan
adanya air genangan, tetapi setelah terjadi genangan dengan kedalaman tiga kali
ukuran butir hujan, erosi percikan minimum. Erosi percikan akan berhenti
apabila tetesan air hujan sudah tidak mampu lagi untuk menembus ketebalan
lapisan air. Karena tetesan air hujan yang menimbulkan percikan akan terbagi
rata ke segala arah. Tetapi pada daerah miring akibat percikan tanah akan
terlempar ke bawah sesuai kemiringan lahan tersebut.
2.7 Pendugaan Laju Erosi Percik
Interaksi
antara USLE dan SIG mampu memprediksi laju erosi secara spasial dengan cepat
dan segmentasi luasan (elemen) sesuai yang dikehendaki. Parameter USLE dihitung
secara individual untuk tiap-tiap elemen, dan merupakan data masukan bagi SIG.
dari tiap-tiap parameter USLE dapat digambarkan dalam peta tematik (thematic
map) sehingga akan terbentuk lima peta tematik, yaitu peta erosivitas hujan- R,
peta erodibilitas tanah- K, peta kemiringan dan panjang lereng- LS, peta
manajemen tanaman- C dan peta kontrol erosi praktis- P. Peta laju erosi dapat
diperoleh dengan menampakkan (overlay) kelima peta tematik dari parameter USLE
tersebut (Suripin, 2002).
Jika
laju erosi yang akan terjadi telah dapat diperkirakan dan laju erosi yang masih
dapat dibiarkan atau ditoleransikan sudah dapat ditetapkan, maka dapat
ditentukan kebijakan penggunaan lahan dan tindakan konservasi tanah yang
diperlukan agar tidak terjadi kerusakkan tanah dan tanah dapat dipergunakan secara
produktif dan lestari.
2.8 Metode Pengendalian
Erosi Percik
Pengendalian
erosi adalah upaya untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengembalikan fungsi
atau daya dukung lahan sesuai dengan peruntukannya. Upaya yang dilakukan adalah
bertujuan untuk:
·
Memperbesar resistensi permukaan tanah sehingga
lapisan permukaan tanah tahan terhadap pengaruh jatuhnya butir-butir air hujan.
·
Memperbesar kapasitas infiltrasi tanah sehingga
dapat mengurangi laju aliran permukaan.
·
Mengurangi laju aliran permukaan agar daya kikis
terhadap tanah yang dilalui dapat diperkecil.
·
Memperbesar resistensi tanah sehingga daya
hanyut aliran permukaan terhadap partikel-partikel tanag dapat diperkecil.
Usaha pengendalian erosi tanah dapat dilaksanakan dengan metode
vegetatif, teknik mekanis, serta cara kimiawi yaitu pemakaian bahan-bahan
pemantap tanah (soil conditioner)
(Saefudin Sarief, 1985:75).
a.
Pengendalian erosi cara vegetatif
Prinsip pengendalian erosi cara
vegetatif adalah pengendalian menggunakan tumbuhan atau tanaman dan sisa-sisanya
untuk mengurangi daya rusak dari air hujan yang jatuh, jumlah dan daya rusak
aliran permukaan. Cara ini didasarkan pada peran tanaman untuk melindungi tanah
dari tumbukan langsung butir-butir air hujan, mengurangi kecepatan aliran di
permukaan tanah dan memperbesar kapasitas infiltrasi.
Beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam usaha konservasi tanah secara vegetatif adalah:
1. Sistem
pertanaman lorong, yaitu tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan
tanaman pagar. Metode ini dapat mengurangi
laju limpasa permukaan dan erosi, dan memberikan bahan organin dan hara
Nitrogen untuk tanaman lorong. Sistem pertanaman lorong ini cocok digunakan
pada tanah tegalan.
2. Strip
rumput, yaitu sistem pertanaman yang hampir sama dengan pertanaman lorong namun
tanaman pagar yang digunakan adalah rumput. Strip rumput dibuat mengikuti
kontur. Semakin lebar strip semakin efektif mengendalikan erosi.
3. Penanaman
tanaman penutup tanah, yaitu tanaman yang ditanam untuk mencegah erosi,
menambah bahan organik dan memperbesar kemampuan tanah untuk menyerap dan
menahan air hujan yang jatuh. Tanaman penutup tanah dapat ditanam tersendiri
atau bersamaan dengan tanaman pokok. Tanaman penutup tanah berdasarkan jenisnya
terdapat 4 jenis, yaitu: jenis merambat (rendah) seperti Colopoginuum moconoides dan Ageratum
conizoides; jenis perdu/semak (sedang) seperti Crotalaria sp dan Acasia vilosa; jenis pohon (tinggi) seperti Leucaena leucephala (lamtoro gung) dan Leucaena glauca (lamtoro lokal); dan
terakhir adalah jenis kacang-kacangan seperti Vigna sinensis Doli chs lablab
(komak).
4. Pemberian
sisa-sisa tumbuhan penutup tanah (mulsa), yaitu menyebarkan sisa-sisa tanaman
ke dalam tanah atau menutup permukaan tanah dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan tanah dalam menyerap air, memeilhara unsur hara dalam tanah,
meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air, mengurangu penguapan, dan
melindungu tanah dari pukulan langsung butir-butir hujan.
5. Pergiliran
tanaman, yaitu sisten menanam berbagai jenis tanaman secara bergilir dalam
urutan waktu tertentu pada sebidang lahan, misalnya pergiliran antara tanaman
pangan dengan tanaman penutup tanah.
b.
Pengendalian erosi cara teknis mekanis
Pengendalian erosi cara teknis mekanis adalah usaha
pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanag yang hilang dengan cara
mekanis. Cara teknis mekanis dilakukan secara fisik mekanik pada tanah salah
satunya pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi.
Prinsipnya yaitu mengatur aliran permukaan sehingga tidak merusak lapisan olah
tanah (top soil) yang bermanfaat bagi
pertumbuhan tanaman. Beberapa cara dalam pengendalian erosi cara mekanik antara
lain:
1.
Pembuatan Teras, yaitu memotong permukaan tanah
miring menjadi bertingkat-tingkat sehingga mengurangi kecepatan aliran
permukaan serta memungkinkan bertambahnya jumlah air yang terserap ke dalam
tanah. Jenis-jenis teras diantaranya: (1) Teras datar yaitu jenis teras dengan
bagian utama bibir teras dan bidang olahan, berfungsi untuk membantu peresapan
air ke dalam tanah, Biasanya dibuat pada kahan yang kemiringannya kurang dari
5%. (2) Teras kridit yaitu teras yang berfungsi untuk membantu peresapan air ke
dalam tanah umumnya diterapkan pada tempat-tempat yang lahannya sulit menyerap
air dengan kemiringan 3-10%. (3) Teras bangku yaitu teras dengan bentuk
sempurna berupa bibir teras, talud, bidang olahan dan saluran teras. Bidang
olahannya memiliki fungsi untuk meresapkan air ke dalam tanah dan mencegah
erosi tanah. Biasanya diterapkan pada tanah dengan kemiringan 15-50%. (4) Teras
guludan yaitu teras dengan bentuk terdiri dari bibir teras, saluran teras dan
bidang olahan serta dilengkapi saluran pembuangan air di sepanjang bagian atas
guludan. Biasanya dibuat pada kahan yang kemiringannya 5-15%.
2.
Pembuatan DAM penahan, DAM penahan yaitu
bendungan kecil yang dibuat pada alur/parit dengan urugan tanah diperkuat,
dengan maksud untuk menampung aliran air permukaan atau mengendapkan lumpur
hasil erosi dari lahan bagian atasnya.
3.
Penghijauan atau penanaman tanaman pada
tanag-tanah yang telah mengalami kerusakan baik di daratan tinggi maupun
dataran rendah yang berada di luar kawasan hutan menggunakan pohon-pohon
terpilih atau rumput-rumputan, yang
berfungsi untuk pengawetan tanah dan dapat juga menjadi tambahan
pendapatan bagi petani atau pemilik lahan.
c.
Pengendalian erosi cara kimiawi
Pengendalian erosi cara kiawi dapat dilakukan dengan menggunakan kimia
sering dikenal dengan sebutan soil conditioner,
yang bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan
bahan sintetis maupun alami. Beberapa contoh soil conditioner yaitu: PVA (Polyvinyl alcohol), PAA (Poly acrylic acid), VAMA (Vinyl acetate malcic acidcopolymer),
DAEMA (Dimethyl amino ethyl metacrylate),
dan Emulsi Bitumen.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Erosi dapat
terjadi secara alami atau disebabkan oleh aktivitas manusia. Penyebab alami
erosi antara lain adalah karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman
penutup dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan
tanah. Aktivitas manusia yang menyebabkan erosi diantaranya penggundulan hutan,
kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan yang tidak memperhatikan
kaidah konservasi.
Erosi terbagi 3 tahap ,yaitu: Detachment,transport,dan deposition .
yang didalam nya akan terjadi degradasi tanah/lahan , sendimentasi sungai/ waduk, penurunan produktivitas tanah
pertanian, program pembangunan yang terganggu ,dan lainnya .
Erosi percik adalah erosi yang disebabkan oleh
tumbukan percikan langsung butiran air hujan pada permukaan tanah, dampak yang
akan terjadi yaitu terlepasnya partikel-partikel tanah dan tanah akan menjadi kurang
menguntungkan bagi pertanian karena penurunan produksi tanah .faktor yang
mempengaruhinya erosi adalah iklim, tanah , topografi dan penggunaan lahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar