Rabu, 18 Mei 2016

HASIL WAWANCARA PETANI TOMAT DIDESA GENTENG



LAPORAN PRAKTIKUM
HASIL WAWANCARA PETANI TOMAT DIDESA GENTENG


Laporan praktikum ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman.
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Ahmad Yasin
150510140045
Niki Rahayu
150510140057
Kirana Sonya Harviana
150510140061
Fanni Septiani Silalahi
150510140084
Aten Komarya
150510140089
Kelas C

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015

KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan Laporan Praktikum hasil wawancara petani tomat didesa genteng.
Penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam penulisan makalah ini, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Ir. Noor Istifadah, Mc.P selaku dosen yang telah memberikan kesempatan sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar. Orangtua dirumah yang telah memberikan bantuan materil maupun do’anya, sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.


I.                   PENDAHULUAN


1.1. TOPOGRAFI DESA (penyusun: Kirana)


Desa Genteng terbentuk sekitar tahun 1845 pada masa pendudukan pemerintahan Belanda serta masih menginduk di Kewadanaan Tanjungsari. Desa Genteng merupakan desa yang mempunyai jumlah penduduk 6042 Jiwa, 2087 KK yang terbagi kedalam 6 dusun, 19 RW dan 76 RT dengan Jumlah penduduk laki-laki adalah 3044 jiwa dan penduduk perempuan adalah 2998 jiwa.
Secara administratif Desa Genteng merupakan salah satu dari 7 Desa di Wilayah Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang yang terletak 3 Km ke arah Utara dari Kecamatan Sukasari. Desa Genteng berada di ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut dengan wilayah ± 1300 Hektar. Desa Genteng berbatasan dengan beberapa desa yaitu Sebelah Barat berbatasan dengan desa Banyuresmi, Sebelah Timur berbatasan dengan desa Kadakajya, Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Sukasari, Sebelah Utara berbatasan dengan desa Kehutanan.
Suhu didaerah Desa Genteng adalah 30oC. Iklim Desa Genteng, sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia  mempunyai Iklim Kemarau dan Penghujan, hal tersebut  mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Genteng Kecamatan Sukasari. Iklim suatu daerah sangat berpengaruh dalam kehidupan utamanya untuk pertumbuhan tanaman dan kelangsungan hidup binatang ternak. Selain itu, kondisi geografis desa Genteng umumnya merupakan perbukitan.
            Keadaan social masyarakat terlihat sangat kental, yakni masih adanya sifat kegotong-royongan masyarakat dalam berbagai kegiatan. Misalnya saja dalam kegiatan kerja bakti social, kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan oleh perorangan ataupun kegiatan yang berkaitan dengan program pemerintah. Baik yang dilaksanakan oleh pemerintah desa ataupun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan melalui program lainnya. Penduduk Desa Genteng umumnya bermatapencaharian sebagai petani dan peternak sehingga keadaan ekonomi di desa Genteng lebih di dominasi dari hasil petani pertanian dan peternakan.



II.                OBSERVASI  LAPANGAN


2.1  Petani ke-1 (penyusun: Niki Rahayu )

 

2.1.1 Biodata Petani

Nama Petani
: Bpk. Unan
Umur
: 65 Tahun
Pendidikan Terakhir
: Sekolah Dasar
Pekerjaan Utama
: Petani
Pekerjaan Istri
: Pedagang
Jumlah Tanggungan
: 2 Anggota Keluarga
Lokasi Lahan
: Dusun Karang Sari, Desa Genteng
Petani Konoditas Tanaman
: Padi

2.1.2 Kondisi Agroekosistem

A
Jenis Lahan
: Sawah
B
Luas Lahan
: 100 tumbak ( + 1400 m­2)
C
Status Kepemilikan Lahan
: Bagi hasil
D
Kondisi Lokasi Lahan
: 1200 Mdpl.

Topografi
: Perbukitan
E
Kondisi Tanah
:
F
Sistem Tanam
: Monokultur
G
Jenis Tanaman Utama
: Padi

Jenis Tanaman Sekunder
: -

H
Jenis Tanaman Yang Diusahakan 1 Tahun Terakhir dan Masa Tanaman Masing-masing Jenis Tanaman
: Padi
i
Jenis Tanaman/ Tumbuhan yang berbatasan dengan lahan yang diamati:
a.       Selatan
b.      Barat
c.       Timur
d.      Utara



Padi
Padi
Padi
Padi
j
Kondisi lingkungan (Musim) saat survey dilakukan
: Cerah di Musim Penghujan

2.1.3 Hama dan Penyakit yang ditemukan

No
Jenis Hama
Intensitas Kerusakan (Populasi Hama)
Bagian Tanaman Yang Diserang
Tanda Kerusakan
1
Walangsangit

Populasi hama hanya diketemukan 1 pertanaman.

Malai


2
Penggerek batang

Populasi hama hanya diketemukan 1 pertanaman.

Malai dan batang

Bagian malai padi menjadi hampa


2.1.4 Musuh alami yang ditemukan

No
Jenis musuh alami
Ditemukan pada bagian tanaman
Karakteristik musuh alami
1
Laba-laba
Ditemukan pada  bagian antar daun, membentuk jaring laba-laba


2.1.5 Hama penyakit yang biasa menyerang pertanaman

No
Jenis Hama / Penyakit
Kapan Terjadinya
Kerugian Yang Diakibatkan
1
2
3
Tikus
Wereng coklat
Penggerek batang
Setiap musim tanam
Mengurangnya hasil produksi padi.

2.1.6 Komponen Pengendalian

No
Keterangan
Hasil Survey
1
Benih yang digunakan dari mana asalnya?
Benih sendiri dari hasil panen tahun lalu

Jika membeli apakah benih tersebut Bersertifikat?
-
2
Apakah sebelum ditanam benih diberi prlakuan?
Tidak, kertika saya mendapatkan benih maka saya langsung melakukan kegiatan pertanaman yaitu dengan memulai persemaian.
3
Pengolahan tanah
a.       Setelah panen, berapa lama tanah dibiarkan sebelum diolah?

b.      Saat pengolahan tanah, apa yang dilakukan terhadap sisa-sisa tanaman?

a.       Setelah pasca panen saya mengolah ahan tersebut secara langsung

b.      Sisa-sisa tanaman yang tersisa dari hasil pasca panen saya kumpulkan dan saya jual sebagai pakan ternak.
4
Apakah bapak melakukan pemupukan.
a.       Jika ya, Jenis pupuk apa yang digunakan?

b.      Seberapa banyak jumlah pupuk yang digunakan?

c.       Berapa kali melakukan pemupukan?

a.       N, P, K (poska)


b.      40/100 bata


c.       2x
5
Jarak tanam yang sekarang sedang dibudidayakan?
Jarak tanaman padi yang satu dengan yang lainya berjarak 25x25 cm
6
Sistem Irigasi (tadah hujan/ irigasi pedesaan/ irigasi teknis/...dsb)
Di desa genteng ini para petani menggunakan sistem irigasi teknis yaitu sistem irigasi dengan membuka dan menutup pintu air yang berasal dari mata air gua wallet yang sudah dikelola oleh sebuah instansi air negara.
7
Ketersediaan air dalam sethun (< 6 bulan; 6-9 bulan; 9-12 bulan)
Baik. (9-12)
Tapi ketika sedang musim kemarau panjang kadang para petani kekurangan air. Sehingga satu-satunya yang diandalkan yaitu dari gua wallet.
8
Drainase (buruk/ sedang/ baik)
Drainase di desa genteng cukup baik (sedang) dikarenakan,adanya buka tutup pintu air. Dan pembagian air cukup adil.
9
Sanitasi
a.       Penanganan gulma, cara dan kapan dilakukan penanganannya.


b.      Penanganan sisa-sisa tumbuhan gulma.

a.       caranya dengan mengunakan pengendalia mekanik berupa pencabutan manual menggunakan tangan yang dikenal dengan istilah ngarambet. Dan kapan dilakukan pengendaliannya 2 x 1 bulan.
b.      Dibenamkan saat pengolahaan tanah
10
Penggunaan perangkap.
a.       Apa saja perangkap yang digunakan?
b.      Kapan dipasang perangkap tersebut?
c.       Jumlah perangkap per luasan lahan yang digunakan?

-
11
Pengendalian biologi, apakah digunakan?
Tidak, petani di desa genteng rata-rata belum mengetahui pengendalian tersebut. Mereka masih mengandalkan penggunaan pestisida.
12
Pestisida nabati, apkah digunakan?
Tidak
13
Apakah bapak menyemprot tanaman bapak?
a.       Jenisnya?
b.      Seberapa sering dilakukan penyemprotan?
c.       Jika ya, apakah nama obatnya? Selalu sama apa beda?
d.      Apakah obat itu dicampurkan sebelum digunakan atau terpisah?
e.       Bagaimana hasil penyemprotannya?
Ya

a.       Insekisida
b.      2x

c.       Beda. Salah satunya ada akodan

d.      Dicampur sekaligus

e.       Selama saya menggunakannya, bagus bagus saja.

2.2  Petani ke-2 (Penyusun; Ahmad Yasin)

2.2.1 Biodata Petani

Nama Petani
: bpk totong
Umur
: 62 Tahun
Pendidikan Terakhir
: Sekolah Dasar
Pekerjaan Utama
: Petani
Pekerjaan Istri
: Rumah tangga
Jumlah Tanggungan
: 3 Anggota Keluarga
Lokasi Lahan
: Dusun Karang Sari, Desa Genteng
Petani Konoditas Tanaman
: Padi

2.2.2 Kondisi Agroekosoistem

A
Jenis Lahan
: Lahan Kering
B
Luas Lahan
: 100 tumbak ( + 1400 m­2)
C
Status Kepemilikan Lahan
: Pemilik
D
Kondisi Lokasi Lahan
: 1200 Mdpl.

Topografi
: Perbukitan
E
Kondisi Tanah
: Tekstur Halus
Jenis Tanah Liat Berlempung
F
Sistem Tanam
: Monokultur
G
Jenis Tanaman Utama
: Padi

Jenis Tanaman Sekunder
: -

H
Jenis Tanaman Yang Diusahakan 1 Tahun Terakhir dan Masa Tanaman Masing-masing Jenis Tanaman
: Sawah
i
Jenis Tanaman/ Tumbuhan yang berbatasan dengan lahan yang diamati:
a.       Selatan
b.      Barat
c.       Timur
d.      Utara




Padi
Padi
Padi
Padi
j
Kondisi lingkungan (Musim) saat survey dilakukan
: Cerah di Musim Penghujan

2.2.3 Hama Penyakit yang  ditemukan

No
Jenis Hama
Intensitas Kerusakan (Populasi Hama)
Bagian Tanaman Yang Diserang
Tanda Kerusakan
1

Walangsangit

Populasi hama hanya diketemukan 1 pertanaman.

Malai


2

Penggerek batang

Populasi hama hanya diketemukan 1 pertanaman.

Malai dan batang

Bagian malai padi menjadi hampa
3
Burung

Malai
Bagian malai padi dimakan oleh burung

 

2.2.4 Musuh Alami yang Ditemukan

No
Jenis musuh alami
Ditemukan pada bagian tanaman
Karakteristik musuh alami
1

Leptocorisa acuta
-
(Ditemukannya pada pinggiran sawah)
Nimfa dan imago menyerang buah padi yang matang susu dengan cara menghisap cairan buah, sehingga buah menjadi hampa

 

2.2.5 Hama penyakit yang biasa menyerang pertanaman

No
Jenis Hama / Penyakit
Kapan Terjadinya
Kerugian Yang Diakibatkan
1
2
3
Tikus
Tungro
Wereng
Setiap musim tanam
Mengurangnya hasil produksi padi

2.2.6 Komponen Pengendalian

No
Keterangan
Hasil Survey
1
Benih yang digunakan dari mana asalnya?
Membelinya dari penjual benih

Jika membeli apakah benih tersebut Bersertifikat?

2
Apakah sebelum ditanam benih diberi prlakuan?
Ya , dengan direndam di air terlebih dahulu
3
Pengolahan tanah
c.       Setelah panen, berapa lama tanah dibiarkan sebelum diolah?

d.      Saat pengolahan tanah, apa yang dilakukan terhadap sisa-sisa tanaman?

c.       Lansung di olah kembali
d.      Sisa-sisa tanaman di diamkan agar menjadi pupuk dan setengan sisanya di buat untuk pakan ternak
4
Apakah bapak melakukan pemupukan.
d.      Jika ya, Jenis pupuk apa yang digunakan?


e.       Seberapa banyak jumlah pupuk yang digunakan?
f.        Berapa kali melakukan pemupukan?

d.      Pupuk kandang diberikan diawal, pada saat pengolahan lahan. Dan pupuk kimia sintetik berupa NPK (Mutiara) dan Za.
e.       Tidak tentu

f.        -
5
Jarak tanam yang sekarang sedang dibudidayakan?
25 X 25 cm
6
Sistem Irigasi (tadah hujan/ irigasi pedesaan/ irigasi teknis/...dsb)
Para petani menggunakan sistem irigasi teknis yaitu sistem irigasi dengan membuka dan menutup pintu air yang berasal dari mata air gua wallet yang sudah dikelola oleh sebuah instansi air negara.
7
Ketersediaan air dalam sethun (< 6 bulan; 6-9 bulan; 9-12 bulan)
Keteresediaan air disini sebenarnya mencukupi pada musim penghujan , tetapi pada musim kemarau panjang mereka menggunakan sistem perjam untuk setiap petak sawah
8
Drainase (buruk/ sedang/ baik)
Drainase di desa genteng cukup baik (sedang) dikarenakan, kesadaran warga tidak membuang sampah sembarangan pada aliran air.
9
Sanitasi
c.       Penanganan gulma, cara dan kapan dilakukan penanganannya.


d.      Penanganan sisa-sisa tumbuhan gulma.

c.       caranya dengan mengunakan pengendalia mekanik berupa pencabutan manual menggunakan tangan. Dan di cangkul
d.      di masukkan ke dalam lumpur pada lahan sawah
10
Penggunaan perangkap.
d.      Apa saja perangkap yang digunakan?
e.       Kapan dipasang perangkap tersebut?
f.        Jumlah perangkap per luasan lahan yang digunakan?

a.       -
b.      -
c.       -

 



2.3  Petani ke-3 (penusun : Fanni )

2.3.1 Biodata Petani

Nama Petani
: Bpk. Nana
Umur
: 60 Tahun
Pendidikan Terakhir
: Sekolah Dasar
Pekerjaan Utama
: Petani
Pekerjaan Istri
: Petani
Jumlah Tanggungan
: 1 Anggota Keluarga
Lokasi Lahan
: Dusun Karang Sari, Desa Genteng
Petani Konoditas Tanaman
: Padi

2.3.2 Kondisi Agroekosoistem

A
Jenis Lahan
: Lahan Basah
B
Luas Lahan
: 100 tumbak ( + 1400 m­2)
C
Status Kepemilikan Lahan
: Milik Sendiri
D
Kondisi Lokasi Lahan
: 1200 Mdpl.

Topografi
: Perbukitan
E
Kondisi Tanah
: Tekstur Halus
Jenis Tanah Liat Berlempung
F
Sistem Tanam
: Monokultur
G
Jenis Tanaman Utama
: Padi

Jenis Tanaman Sekunder
: -
H
Jenis Tanaman Yang Diusahakan 1 Tahun Terakhir dan Masa Tanaman Masing-masing Jenis Tanaman
: Sawah
i
Jenis Tanaman/ Tumbuhan yang berbatasan dengan lahan yang diamati:
a.       Selatan

b.      Barat

c.       Timur

d.      Utara


Padi

Padi

Padi

Padi

j
Kondisi lingkungan (Musim) saat survey dilakukan
: Cerah di Musim Penghujan

2.3.3 Hama Penyakit yang  ditemukan

No
Jenis Hama
Intensitas Kerusakan (Populasi Hama)
Bagian Tanaman Yang Diserang
Tanda Kerusakan
1
Wereng Coklat

Bulai Padi

2
Walang Sangit



2.3.4 Hama penyakit yang biasa menyerang pertanaman

No
Jenis Hama / Penyakit
Kapan Terjadinya
Kerugian Yang Diakibatkan
1
2
3
Tikus
Tungro
Wereng
Setiap musim tanam
Mengurangnya hasil produksi padi

2.4  Perhitungan Intensitas Kerusakan akibat Walang Sangit (Penyusun Aten)

2.4.1             Teknik sampling

      Luas lahan yang diamati sekitar 100 tumbak. Untuk mengambil sampel tanaman dari 100 tumbak diambil 10%-nya yaitu 10 tumbak. Sebaran sampel dibagi menjadi 5 titik pengamatan secara zig-zag, dari 10 tumbak dibagi menjadi 2 tumbak /titik. Jumlah tanaman yang diamati yaitu 10%-nya per titik sampel. Yaitu 36 tanaman per titik. Tiap titik menggunakan metode pengambilan sampel dangan cara random.
      Luas lahan yang diamati sekitar 100 tumbak. Untuk mengambil sampel tanaman dari 100 tumbak diambil 10%-nya yaitu 10 tumbak. Sebaran sampel dibagi menjadi 5 titik pengamatan secara zig-zag, dari 10 tumbak dibagi menjadi 2 tumbak /titik. Jumlah tanaman yang diamati yaitu 10%-nya per titik sampel. Yaitu 36 tanaman per titik. Tiap titik menggunakan metode pengambilan sampel dangan cara random.
      Perhitungan jumlah tanaman yang diamati:
Luas Lahan = 2 tumbak = 28,2 m2 = 142000 cm2
Jarak Tanam = 25 x 25 cm = 625 cm2
Efisiensi lahan = 80%
Jumlah tanaman yang diamati = jumlah tanaman x 10%
= 363,5 x 10%
= 36 tanaman

2.4.2   Skoring kerusakan

No tanaman
Skoring
Titik a
Titik b
Titik c
Titik d
Titik e
1
1
2
1
1
1
2
0
1
0
1
1
3
0
1
1
0
0
4
0
0
0
0
0
5
1
0
0
0
1
6
0
0
0
1
0
7
1
0
0
1
0
8
1
2
0
1
1
9
2
2
0
0
1
10
1
0
1
0
0
11
0
1
0
1
1
12
4
1
0
1
0
13
1
0
1
1
1
14
1
1
1
0
1
15
0
1
1
0
0
16
0
0
0
0
0
17
0
0
1
0
0
18
0
1
1
0
1
19
1
3
1
0
1
20
1
3
1
1
0
21
4
1
1
1
0
22
1
1
1
1
1
23
0
1
1
0
0
24
0
1
0
0
0
25
0
0
0
1
1
26
1
0
1
1
0
27
0
0
1
0
0
28
0
1
0
0
0
29
0
0
0
0
1
30
1
0
0
1
1
31
1
0
2
1
0
32
0
1
0
0
0
33
0
1
0
0
0
34
0
1
0
1
0
35
1
1
0
0
0
36
1
0
0
1
0

Keterangan Skoring
Skor
% kerusakan
0
Tidak ada kerusakan
1
Tingkat keruakan 1-25 %
2
Tingkat keruakan 25-50 %
3
Tingkat keruakan 50-75 %
4
Tingkat keruakan 75-100 %

2.4.3                Perhitungan Intensitas Kerusakan

I.                   Pembahasan


1.1  Hama dan Penyakit penting pada Tanaman Padi

1.1.1    Penggerek Batang (Peyusun : Ahmad yasin)

Penggerek batang mempunyai beberapa jenis, ada penggerek batang padi kuning (1), putih (2), bergaris (3) dan merah jambu (4). Petani pada umumnya mengenal serangan penggerek batang padi dengan istilah sundep (anakan kerdil) atau beluk (gabah hampa).
Ciri padi terserang sundep bisa dilihat dari gejala anakan yang kerdil atau bahkan mati, kemudian malai padi yang terbentuk berwarna coklat, kering atau gabah hampa, saat batang dicabut mudah terlepas.
            Penggerek batang menyerang sejak fase bibit hingga pembentukan malai. Ngengat dewasa aktif pada malam hari dan siklus hidup sekitar 40-70 hari, tergantung jenisnya. Telur biasanya diletakkan dibawah permukaan daun atau dekat ujung daun dengan ciri seperti gundukan kecil yang diselimuti bulu-bulu halus mengkilap yang berasal dari bulu belakang ngengat induk betina.
Pergerakan larva setelah menetas adalah kearah bawah menuju pangkal dan mulai menggerek atau merusak pada anakan utama, hingga setelah mulai dewasa beralih ke anakan lainnya. Larva awalnya menyerang akar hingga menyerang batang padi bagian dalam. Saat larva menyerang akar gejala yang ditimbulkan berupa anakan kerdil atau mati. Sedangkan ketika larva sudah masuk ke dalam batang, maka larva akan merusak pembuluh bagian dalam batang. Sehingga batang putus dan saat dicabut mudah terlepas. Larva penggerek batang dapat dengan mudah dikenali ketika berada di dalam batang.
Dengan melihat kebiasaan tersebut, pengendalian hama lebih efektif dengan menekan populasi ngengat dewasa. Karena fase merusak pada larva lebih sulit dikendalikan daripada menangkap dewasa.
Gejala serangan saat fase vegetatif biasa disebut dengan sundep.  Gejala serangan pada fase generatif menyebabkan malai muncul putih dan hampa yang disebut beluk. Kerugian yang besar terjadi bila penerbangan ngengat bersamaan dengan stadia tanaman bunting.

3.1.2 Tikus (Peyusun : Niki Rahayu)

Tikus sawah merupakan hama utama penyebab kerusakan padi di Indonesia. Rata-rata tingkat kerusakan tanaman  padi mencapai  20% per tahun. Serangan tikus sawah terjadi sejak pesemaian hingga panen, bahkan dalam gudang penyimpanan padi. Pengendalian tikus sawah relatif lebih sulit karena sifat biologi dan ekologinya yang berbeda dibanding hama padi lainnya.
Tikus sawah sebagian besar tinggal di persawahan dan lingkungan sekitar sawah.Daya adaptasi tinggi, sehingga mudah tersebar di dataran rendah dan dataran tinggi. Mereka suka menggali liang untuk berlindung dan berkembangbiak, membuat terowongan atau jalur sepanjang pematang dan tanggul irigasi.
Tikus sawah termasuk omnivora (pemakan segala jenis makanan).Apabila makanan berlimpah mereka cenderung memilih yang paling disukai, yaitu biji-bijian/padi yang tersedia di sawah.Pada kondisi bera, tikus sering berada di pemukiman, mereka menyerang semua stadium tanaman padi, sejak pesemaian sampai panen.Tingkat kerusakan yang diakibatkan bervariasi tergantung stadium tanaman.
Jumlah anak tikus per induk beragam antara 6-18 ekor, dengan rata-rata 10,8 ekor pada musim kemarau dan 10,7 ekor pada musim hujan, untuk peranakan pertama. Peranakan ke 2-6 adalah 6-8 ekor, dengan rata-rata 7 ekor.Peranakan ke 7 dan seterusnya, jumlah anak menurun mencapai 2-6 ekor, dengan rata-rata 4 ekor.Interval antar peranakan adalah 30-50 hari dalam kondisi normal.Pada satu musim tanam, tikus betina dapat melahirkan 2-3 kali, sehingga satu induk mampu menghasilkan sampai 100 ekor tikus, sehingga populasi akan bertambah cepat meningkatnya. Tikus betina terjadi cepat, yaitu pada umur 40 hari sudah siap kawin dan dapat bunting.Masa kehamilan mencapai 19-23 hari, dengan rata-rata 21 hari.Tikus jantan lebih lambat menjadi dewasa daripada betinanya, yaitu pada umur 60 hari. Lama hidup tikus sekitar 8 bulan.
      Sarang tikus pada pertanaman padi masa vegetatif cenderung pendek dan dangkal, sedangkan pada masa generatif lebih dalam, bercabang, dan luas karena mereka sudah mulai bunting dan akan melahirkan anak. Selama awal musim perkembangbiakan, tikus hidup masih soliter, yaitu satu jantan dan satu betina, tetapi pada musim kopulasi banyak dijumpai beberapa pasangan dalam satu liang/sarang. Dengan menggunakan Radio Tracking System, pada fase vegetatif dan awal generatif tanaman, tikus bergerak mencapai 100-200 m dari sarang, sedangkan pada fase generatif tikus bergerak lebih pendek dan sempit, yaitu 50-125 m dari sarang.
Tikus sawah merusak tanaman padi pada semua stadia pertumbuhan dari semai hingga panen (periode prapanen), bahkan di gudang penyimpanan (periode pascapanen).Kerusakan parah terjadi apabila tikus menyerang padi pada stadium generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru.Ciri khas serangan tikus sawah adalah kerusakan tanaman dimulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir, sehingga pada keadaan serangan berat hanya menyisakan 1-2 baris padi di pinggir petakan.

3.1.3 Wereng Hijau (Peyusun : Aten Komarya)

Wereng hijau (Nephotettix sp.) merupakan salah satu hama utama yang sering menyebabkan kerusakan pada tanaman padi, karena hama tersebut dapat menularkan (vektor) penyakit tungro, dengan rentang efisiensi penularan antara 35 – 83% (Ling, 1970). Pada saat ini yang mendominasi komposisi spesies wereng hijau di Indonesia adalah Nephotettix virecens (Siwi dan Tantera, 1982) dan telah menyeabkan kerusakan pada hampir semua daerah penghasil beras di Indonesia (Anonim, 1997). Tinggi rendahnya kerugian yang diakibatkan oleh serangan tungro yang ditularkan oleh serangga ini tergantung dari jumlah populasi wereng hijau sebagai vektor virus tungro, bentuk virus yang menyerang,
tingkat ketahanan varietas tanaman dan waktu terjadinya infeksi. Perkembangan wereng hijau berkorekasi positif dengan keberadaan penyakitungro di lapangan khususnya dari spesies
N. virescens terutama stadia imago, karena stadia imago tiga kali lebih efektif didalam menularkan penyakit tungro dari pada stadia nimfa, karena stadia imago mobiltasnya lebih tinggi untuk bergerak menghisap tanaman yang sakit (Anonim, 1977). Infeksi yang terjadi akibat serangga ini dapat terjadi mulai dari persemaian sampai umur 60 hari setelah tanam, dimana pada stadium ini tanaman sangat rentan (Sama, 1990).
Gejala kerusakan yang ditimbulkannya adalah tanaman menjadi kerdil, anakan berkurang, daun berubah warna menjadi kuning sampai kuning oranye. Ambang kendali adalah 5 ekor wereng hijau per rumpun. Jika tungro juga ada di lapang, 2 tanaman bergejala tungro per 1000 rumpun pertanda tungro telah ditularkan dan dapat merusak tanaman. Siklus hidup 23-30 hari.
Wereng hijau umumnya ditemukan di sawah irigasi dan tadah hujan, tidak lazim di pertanaman padi gogo. Wereng hijau lebih menyukai menghisap cairan tanaman pada daun bagian pinggir daripada di pelepah daun atau daun bagian tengah. Hama ini sangat menyukai tanaman yang dipupuk nitrogen tinggi

Penghitungan intensitas kerusakan dilakukan dengan perhitungan incident severity. Sampel yang diambil yaitu 10 % dari total barisan pada lahan tersebut. Perhitungan dilakukan dengan mengambil sampel perbarisan. Pengamatan dilakukan per rumpun padi. Padi yang terserang dianggap 1 kerusakannya karena wereng hijau ini vertor penyakit tungro yang menyebabkan 1 rumpun rusak apabila terserang (penyakit sistemik). 
Rumus perhitungn:

3.1.4 Hawar Daun Bakteri (Peyusun : Kirana H)

Bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae  berbentuk batang pendek, di ujungnya mempunyai satu flagel dan berfungsi sebagai alat gerak. Bakteri ini berukuran 6-8 bersifat aerob,gram negatif dan tidak membentuk spora . Diatas media PDA bakteri ini membentuk koloni bulat cembung yang berwarna kuning keputihan sampai kuning kecoklatan dan mempunyai permukaan yang licin. Gejala serangan penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi bersifat sistematis dan dapat menginfeksi tanaman pada berbagai stadium pertumbuhan. Gejala penyakit ini dapat dibedakan menjadi tiga macam,yaitu: (1). Gejala layu (kresek) pada tanaman muda atau tanaman dewasa yang peka ,(2). Gejala hawar dan (3). Gejala daun kuning pucat.
Gejala layu yang kemudian dikenal dengan nama kresek umumnya terhadap pada tanaman muda berumur 1-2 minggu setelah tanam atau tanaman dewasa yang rentan .Pada awalnya gejala terdapat pada tepi daun atau bagian daun yang luka berupa garis bercak kebasahan, bercak tersebut meluas berwarna hijau keabu-abuan , selanjutnya seluruh daun menjadi keriput dan akhirnya layu seperti tersiram air panas. Sering kali bila air irigasi tinggi, tanaman yang layu terkulai kepermukaan air dan menjadi busuk.Pada tanaman yang peka terhadap penyakit ini,gejala terus berkembang hingga seluruh permukaan daun,bahkan kadang-kadang pelepah padi sampai mengering.Pada pagi hari cuaca lembab ,eksudat bakteri sering keluar ke permukaan daun dan mudah jatuh oleh hembusan angin,gesekan angin,geekan daun atau percikan air hujan. Eksudat ini merupakan sumber penularan yang efektif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit hawar daun bakteri kultivar padi mempunyai tingkat ketahanan yang berbeda terhadap Xanthomonas. Ketahanan disebabkan karena: 1. Bakteri terhambat penetrasinya, 2. Bakteri tidak dapat meluas secara sistematik, dan 3. Tanaman bereaksi langsung tehadap bakteri. Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh Xanthomonas dibantu juga oleh hujan,karena hujan akan meningkatkan kelembaban dan membantu pemencaran bakteri. Intensitas penyakit yang tertinggi terjadi pada akhir musim hujan.Menjelang musim kemarau, suhu optimum untuk perkembangan Xanthomonas adalah sekitar 300C.

3.1.5 Hawar Pelepah Padi (Peyusun : Fani Septiani)

Rhizoctonia solani menyerang benih tanaman dibawah permukaan tanah, tetapi juga dapat menginfeksi polong,akar,daun dan batang.Gejala yang paling umum dari Rhizoctonia adalah “redaman off”, atau kegagalan benih yang terinfeksi untuk berkecambah.Rhizoctonia soloni dapat menyerang benih sebelum berkecambah atau dapat membunuh bibit sangat muda segera setelah terjadi perkecambah.Ada berbagai kondisi lingkungan yang menempatkan tanaman pada risiko tinggi infeksi karena Rhizoctonia patogen lebih suka iklim basah hangat untuk infeksi dan pertumbuhan. Bibit adalah yang paling rentan terhadap penyakit hawar pada pelepah.
Pengendalian hawar pelepah padi (Rhizoctonia solani Kuhn) dapat dikendalikan secara kimia,biologi dan teknik budidayanya. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan fungisida berbahan aktif benomyl,difenoconazal,mankozeb,dan validamycin dengan dosis 2cc atau 2g per satu liter air dapat menekan perkembangan cendawan  R. Solani kuhn
Pengendalian secara biologi dengan penyemprotan beberapa bakteri antagonis dapat mengurangi tingkat keparahan hawar pelepah. Penambahan bahan organik yang sudah terdekomposisi sempurna/sudah matang (kompos jerami dengan C/N rasio ±10) dengan dosis 2 ton/ha, dapat menekan perkecambahan sklerosia di dalam tanah dan menghambat laju perkembangan penyakit hawar pelepah di pertanaman.
Pengendalian dengan teknik budidaya diantaranya yaitu menerapkan jarak tanam tidak terlalu rapat, pemupukan komplit dengan pemberian nitrogen sesuai kebutuhan, serta didukung oleh cara pengairan yang berselang. Cara ini dapat menekan laju infeksi cendawan R. solani pada tanaman padi.  Disamping itu, pengurangan sumber inokulum di lapangan dapat dilakukan dengan sanitasi terhadap gulma-gulma disekitar sawah.Pengendalian penyakit hawar pelepah mempunyai peluang keberhasilan yang lebih tinggi bila taktik-taktik pengendalian tersebut di atas dipadukan (pengendalian penyakit secara terpadu).

II.               Rekomendasi Pengendalian

Cara pengendalian
HAMA PADI
PENYAKIT PADI
Penggerek Batang
Tikus
Wereng
Hijau
Hawar 
Pelepah
Padi
Hawar Daun
Sanitasi
Pembalikan Tanah
×
Pengapuran
×
×
×
×
×
Varietas Tahan
×
Galah (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7), IR 72 dan IR 66
×
Benih bersertifikat
×
×
Perlakuan benih
×
×
×
Cropping System
Teknik Cultural Practices
Penanaman serempak
Pergiliran Tanam/  tanam dengan system Legowo
Pergiliran Tanam/  tanam dengan system Legowo
Jarak Tanam
Pemberian Drainase
×
Pemupukan
×
×
Pemupukan Berimbang
nitrogen
Penyiangan
×
Sanitasi
×
×
Pemangkasan
×
Biokontrol
Metarizium spp, Bacillus thuringiensis,
Cordyceps sp
Ular welang
Bacillus thuringiensis dan Beauveria bassiana
bakteri antagonis
Coryne-bacterium
Pestisida
Agripo 290 WSC, Bancol 50 WP
Rodentisida (czincposphide 22gr/Ha)
BPMC, Buprofezin, Etofenproks, Karbofuran
benomyl, difenoconazal,
mankozeb,dan validamycin
bakterisida










 

DAFTAR PUSTAKA


Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2015. Pengendalian Penyakit Kresek dan Hawar
Daun Bakteri. Balitbang – Kementrian Pertanian
Saputra, S., N. Yuliani., dan O. Ekalinda. 2012. Wereng Hijau dan Pengendaliannya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau

Yuriyah, S., dkk. 2013. Uji Ketahanan Galur-galur Harapan Padi terhadap Penyakit Hawar
Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) Ras III, IV, dan VIII. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian






Tidak ada komentar:

Posting Komentar