Rabu, 18 Mei 2016

Induksi Resistensi



Nama : ahmad yasin
NPM : 150510140047
Topik matakuliah : Induksi Resistensi
Hari/tanggal : Senin, 16 November 2015
Dosen : Yusup Hidayat
Refleksi
            Painter (1951) mendefinisikan resistensi tanaman merupakan sifat-sifat tanaman yang dapat diturunkan dan dapat mempengaruhi tingkat kerusakan oleh serangga. Beck (1965) mengemukakan bahwa resistensi tanaman adalah semua ciri dan sifat tanaman yang memungkinkan tanaman terhindar, mempunyai daya tahan atau daya sembuh dari serangan serangga dalam kondisi yang akan menyebabkan kerusakan lebih besar pada tanaman lain dari spesies yang sama. Sedangkan Teetes (1996) menyatakan bahwa dalam praktek pertanian, resistensi tanaman berarti kemampuan tanaman untuk berproduksi lebih baik dibandingkan tanaman lain dengan tingkat populasi hama yang sama.
            Cara pembuatan varietas resisten ada banyak caranya, seperti domestikasi, rekayasa, seleksi dan induced resistance.
            Induced Resistance adalah ketahanan tanaman terinduksi dapat dipicu dengan penambahan bahan-bahan kimia tertentu, mikroorganisme non patogen, patogen avirulen, ras patogen inkompatibel, dan patogen virulen yang infeksinya gagal karena kondisi lingkungan tidak mendukung. Adapun Induced Resistance dibagi menjadi 2 :
·         Sytemic Acquired Resistance (SAR)
Pada umumnya, ketahanan terimbas adalah ketahanan sistemik. Hal ini terjadi karena daya pertahanan ditingkatkan tidak hanya pada bagian tanaman yang terinfeksi, tetapi juga pada jaringan terpisah tempat yang tidak terinfeksi. Oleh karena bersifat sistemik, ketahanan terimbas umumnya dirujuk sebagai SAR (Systemic Acquired Resistence).
Beberapa ciri SAR antara lain, SAR diperoleh setelah inokulasi dengan necrotizing patogen, HR, atau aplikasi dari beberapa bahan kimia. Systemic Acquired Resistance (SAR) dalam pertahanan tanaman terletak pada sistem interaksi elisitor dan regulasi yang terjadi pada tanaman model Arabidopsis thaliana. SAR tergantung pada tanaman dan elisitor patogen, ketahanan akan muncul pada periode tertentu dengan mengkorespondensikan waktu yang dibutuhkan untuk akumulasi PR-protein (dan transkripsi) dan produksi asam salisilat pada tanaman inang. SAR membutuhkan akumulasi asam salisilat atau PR-protein dalam sistem regulasi. Terdapat sedikitnya dua komponen utama yang berperan dalam mekanisme SAR, yaitu gen penanda molekuler SAR dan salicylic acid. Telah diketahui bahwa penanda tersebut kemudian disebut sebagai gen SAR. 
·         Induced Systemic Resistance (ISR)
Ketahanan sistemik terinduksi (ISR) pada dasarnya memiliki kesamaan dengan SAR. Mekanisme ini terjadi sebagai akibat adanya infeksi oleh patogen sehingga tanaman memberikan respon berupa reaksi-reaksi pertahanan seperti HR yang menyebabkan terjadinya lesio nekrotik pada daerah terserang. Faktor yang dapat memicu ISR seperti senyawa kimia (siderofor, antibiotik dan ion Fe) yang dihasilkan rizobakteria dan komponen sel bakteri (dinding sel mikroba, flagella, filli, membran lipopolisakarida (LPS)) dapat sebagai elicitor dalam menginduksi ketahanan secara sistemik.

Tanaman Transgenik
Tanaman transgenik itu merupakan tanaman yang memiliki gen atau telah disisipi gen dari organisme lain, dan dapat pula disebut sebagai Genetically Modified Organism (organisme yang termodifikasi secara genetik). Penyisipan gen ini biasanya lebih diarahkan ke tanaman pangan untuk menciptakan kualitas pangan yang lebih baik daripada sebelumnya. Contoh manfaatnya, agar tanaman pangan lebih tahan hama, lebih toleran terhadap panas, dingin ataupun kekeringan, dan banyak lagi manfaat lainnya.
Namun pada benih transgenik sifat-sifatnya tidak dapat diturunkan, karena adanya perlakuan dari produsen benih agar keuntungannya lebih.
·         Traitor (Trait-Spesific Genetic use Restriction)
     Sistem ini menjadikan tanaman kehilangan sifat transgeniknya untuk sementara pada penanaman selanjutnya dari benih yang dihasilkan oleh tanaman hasil transgenik sehingga sifat transgenik akan muncul kembali


·         Teknologi Sistem Pertahanan  (Terminator)
     Cara kerja dari sistem ini adalah terdapat suatu sifat dimana embrio benih pada hasil penanaman akan mati secara otomatis. Selain itu, terdapat cara kerja lain pada sistem ini dimana hasil dari penanaman diatur menjadi steril atau mandul.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar